Moh. Jauhar al-Hakimi
Pameran tunggal Abdul Kirno Tanda bertajuk “Tanete” di
Parak Seni,
Dusun Bodeh RT 03 RW 24, Ambarketawang, Gamping, Sleman, 8 Maret - 15 April 2019.
Seniman-perupa muda Abdul Kirno Tanda mempresentasikan karya dua matranya di Parak Seni, Ambarketawang-Gamping, Sleman. Pameran bertajuk “Tanete” dibuka oleh pemilik Syang Art Space - Magelang, L Ridwan Muljosudarmo, Jumat (8/3) malam.
Empat
puluh satu lukisan terbaru dalam berbagai medium dan ukuran dipamerkan Kirno
sebagai bagian merekam proses berkarya sejak lulus dari ISI Yogyakarta tahun
lalu, dengan mencoba menggali ingatan dan realitas atas kampung ibunya, sebuah
desa bernama Tanete di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
“Ini
merupakan satu langkah baik. Langkah yang tepat untuk seniman muda mengawali
kariernya. Harus berani melangkah berpameran. Pesan saya, ini adalah satu
awalan dimana satu pameran (terlebih pameran tunggal) adalah hal yang penting.
Anda akan dinilai. Apapun hasil dari pameran ini tidak penting. Keberanian
untuk berpameran itu lebih penting, itu sudah satu poin tersendiri."
"Perjalanan
masih panjang, jangan cepat puas diri karena dunia seni rupa bergulir sangat
cepat. Seniman-perupa berlomba-lomba untuk menghasilkan karya yang lebih baik.
Artinya ke depannya, karya-karya setelah ini harus juga lebih baik.
Pencapaian-pencapaian dan prosesnya akan terus dinilai sejauh mana mampu
berkembang. Ini berlaku untuk semua seniman, terutama seniman-perupa muda,”
pesan Ridwan saat membuka pameran, Jumat (8/3) malam.
Jika
diamati seniman-perupa muda di Yogyakarta dalam lima tahun terakhir mengalami
geliat berproses yang cukup pesat-cepat jika dibandingkan dengan
generasi-generasi sebelumnya. Perubahan dan perbaikan kurikulum di bangku
pendidikan sedikit banyak berpengaruh pada penguasaan teknik, pengenalan dan
eksplorasi medium, hingga pembacaan wacana melalui dunia yang telah terhubung yang
banyak membantu seniman.
Beruntungnya
di wilayah Yogyakarta banyak ruang seni yang memberikan ruang bagi
seniman-perupa muda untuk mempresentasikan karya seperti Parak Seni, Sangkring
Art Sace, Sarang, serta tumbuhnya ruang-ruang seni baru turut mengambil peran
bagi ruang presentasi karya seniman-perupa muda.
A
Anzieb dalam tulisan kuratorial pameran menjelaskan bagaimana emosi Kirno yang
selama ini sering meledak-ledak, kadang keras, kadang lembut, kadang menjadi
peragu yang paling ulung mulai teredam di antara kata, sikap dan perbuatannya
lewat garis-garisnya, ruang, warna, komposisi, tekstur dan lain-lain– membuat
karya lukisannya seperti memasuki ruang puitis menjadi catatan perjalanan
proses karya yang menarik.
Kontemplasi,
perhentian, peluruhan rasa untuk tiba-tiba berlari cepat menembus realitas
seolah menjadi eksperimen Kirno sekaligus naik-turunnya semangat bersenirupa
yang dijalaninya hari ini. Hal tersebut terekam dalam goresan-goresan garis
abstrak Kirno dalam citraan pastel, sebuah zona aman dalam wilayah bermain-main
warna.
Setidaknya
hal tersebut terekam dalam sebuah ruangan yang memajang karya berjudul
Terkikisnya Alam, Bukit-bukit, Di Atas Bukit, Bergantinya Musim yang harus
berbagi ruang dengan sebuah karya yang cukup kuat berjudul Kaki Ibu Terluka.
Secara
keseluruhan Kirno mencoba merawat kenangan atas Tanete, kampung ibunya dalam
citraan goresan garis abstrak. Sebuah pilihan yang cukup berani untuk
seniman-perupa muda hari ini merekam alam sebuah kampung di kaki Gunung
Lompobatang yang secara visual mungkin akan memancing seniman-perupa muda
bermain-main dalam visual realis-surealis. Kirno lebih memilih dalam goresan
yang abstrak. Tentu Kirno punya alasan tersendiri. Hanya satu karya dimana
Kirno bermain-main dengan goresan figuratif-naif dalam karya berjudul To
Tanete, orang-orang Tanete.
Dalam
hal menyikapi dinamika sosial yang berkembang, sebuah karya berjudul Burung
Berkabar bisa jadi menjadi pembacaan Kirno atas hiruk-pikuk suara di masyarakat
hari ini. Kabar burung yang merujuk pada berita/kabar yang belum jelas
kebenarannya tentu memiliki warna yang beragam, arah yang beragam, serta
pembacaan/pemahaman makna yang beragam pula. Dalam Burung Berkabar, justru
secara sederhana Kirno merekamnya dalam citraan monochrome hitam-putih.
Pameran seni rupa "Tanete" berlangsung hingga
15 April 2019 di Parak Seni, Dusun Bodeh RT 03 RW 24, Desa Ambarketawang,
Kecamatan Gamping – Sleman.
Editor : Sotyati
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pameran-perupa-muda-tanete
Lukisan Abdul Kirno Tanda dalam foto lainnya:
Editor : Sotyati
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pameran-perupa-muda-tanete
Lukisan Abdul Kirno Tanda dalam foto lainnya:
Semangat anak muda Karossa Kab.mamuju tengah prov sulbar....
BalasHapus