Sabtu, 06 Februari 2021

BUKU PUN JADI BUBUR

 
Jajang R Kawentar *
 
Pameran Tunggal ‘Superficial Reader’ Dedy Sufriadi di Jogja Gallery kolaborasi tari kontemporer dan Solo music Cello, mengajak bersama-sama mencermati fenomena peralihan pemanfaatan buku yang dicatat dan dicetak dalam lembaran kertas (analog) menjadi buku dalam bentuk digital. Barangkali peristiwa ini merujuk sebagaimana pertama kali ditemukannya Papirus (tanaman air) oleh orang Mesir 4000SM sebagai bahan kertas. Kekhawatiran dialami para pecinta tulisan yang biasanya diukir di atas kulit dan batu, beralih menulis di atas kertas.
 
Peristiwa yang hampir mirip ini diperingati Dedy Sufriadi, kelahiran Palembang, 1976, lulusan Institut Seni Indonesia dan Magister Seni Rupa ISI Yogyakarta, ribuan buku dihancurkan dengan cara mengguyurkan air pada pameran yang digelar 15 Desember 2020 – 15 Januari 2021. Diibaratkan air hujan jatuh pelahan-lahan meluluh lantakan kertas yang berisi tulisan pengetahuan. Mungkin disitu ada buku filsafat, buku agama, cara memasak, buku pelajaran matematika, pendidikan Pancasila, buku Kesehatan, pertanian, buku sejarah, buku cerita pendek, buku puisi, novel dan nama-nama penulis, penerbit, departemen jadi bubur kertas. Bisa dibayangkan bagaimana setiap kata, bahasa, setiap kalimat yang tercetak dengan tinta itu bercampur baur lebur dengan air jadi bubur dan semakin lama menebarkan aroma comberan. Pada akhirnya menjadi limbah.
 
Menghancurkan buku dengan air, berbeda makna ketika penghancurannya dengan cara dibakar. Pembakaran buku biasanya ada unsur kebencian, bisa jadi karena berbeda pandangan politik, atau karena Phobia. Menghancurkan buku menggunakan air, limbah bubur kertasnya dapat didaur ulang. Dimanfaatkan kembali menjadi kertas atau barang yang berguna.
 
“Saya merupakan orang yang lahir pada era analog, yang sangat mencintai buku. Saat ini orang sudah meninggalkan buku dan lebih membaca melalui digital. Buku sebagai analog dilupakan dan beralih ke digital,” ungkap Dedy Sufriadi, kepada Kedaulatan Rakyat (KR), (Dedy Sufriadi Ciptakan Karya Seni dari Ribuan Buku Bekas), 15 Desember 2020.
 
Buku-buku yang dihancurkan bukan koleksi pribadi seutuhnya, yang menunjukan bahwa buku-buku itu sempat dilihat atau menjadi bahan bacaanya. Buku-buku itu dipesan dari pengepul buku bekas yang mungkin akan didaur ulang. Dijadikan alat, media atau bahasa ekspresi atas peralihan pemanfaatan buku berbahan dasar kertas (analog) menjadi buku dalam bentuk digital.
 
“Saya ingin tahu bagaimana respon publik jika buku diperlakukan itu. Bukan mengajak masyarakat untuk melupakan buku, tapi justru sebaliknya untuk lebih menghargai buku,” kata Dedy Sufriadi kepada KR, 15/12/2020.
 
Dedy mengajak publik menghargai buku analog dengan mempertontonkan bagaimana proses hancurnya buku analog itu di Jogja Gallery. Dia merogoh koceknya tidak sedikit, mempersiapkan segala sesuatunya. Merancang bagaimana peristiwa itu membuat shok pengunjung, mungkin karena aroma bau dari proses hancurnya buku-buku itu, atau menyayangkan pada buku-bukunya.
 
Apakah terlintas dibenak pengunjung: inikah peristiwa proses peralihan dari buku analog ke digital? Ruang pamer dibuat remang-remang, udara sesak bau penampungan sampah dari buku-buku yang membusuk dan hancur, perputaran air yang menggunakan pompa air tanpa henti mengguyuri buku yang terendam seperti kolam seluas lapangan futsal, gemuruh suaranya layaknya hujan.
 
Dalam situasi pandemic covid 19, penonton pameran dibatasi. Ini pengorbanan yang merujuk kepada kepuasan atau pertunjukan spektakuler yang dapat menyihir penonton. Apakah untuk memberikan kesan peralihan analog ke digital butuh lima ton buku layak baca dihancurkan, tidak cukup dengan satu dua tiga buku saja?
 
“Secara umum tema yang saya angkat ini menyatakan bahwa kita semua adalah pembaca yang dangkal, karena adanya pergeseran literasi dari analog ke digital dalam 10 tahun terakhir,” ujar Dedy kepada Tribun Jogja, (Ini Alasan Dedy Sufriadi yang menghancurkan 5 Ton Buku dengan Air di Jogja Gallery), 15/12/2020.
 
Ada apa dengan lima ton buku dihancurkan? Tentu ini bukan menyelesaikan masalah dengan masalah. Peristiwa yang perlu dicatat diakhir tahun 2020 dan awal tahun 2021 menandai berakhirnya analog dilanjutkan menjadi digital oleh Dedy Sufriadi.
 
“Setelah perkembangan teknologi yang luar biasa, kegiatan membaca tidak lebih dari kegiatan rekayasa. Orang membaca kadang tidak butuh referensi dan siapa penulisnya, hanya sekedar hiburan.” Tribun Jogja, 15/12/2020.
 
Apakah ini ungkapan kekecewaan atau protes terhadap situasi atau keadaan saat ini, atau ini biasa sekedar reaksi terhadap sesuatu yang sedang terjadi? Apakah ini tontonan seni rupa termutakhir akibat dari pandemic covid 19, terhadap masifnya orang dalam penggunaan gaget. Pada tingkatan tertentu orang-orang tidak bisa lepas lagi dari handphone dan media sosial. 
 
“Ya termasuk juga dengan kehadiran sosmed, memang orang semua menjadi pembaca tapi yaitu tadi, nilai yang diperoleh itu tidak ada, hanya sebuah rekreasi.” Tribun Jogja, 15/12/2020.
 
Orang dulu bangga memiliki ratusan, ribuan buku yang tersusun di rak, mungkin di perpustakaannya atau sengaja dipajang di ruang kerjanya dan ruang tamu. Orang sekarang menyusun ribuan buku sudah berupa file di dalam bentuk hardisk. Buku itu sama-sama tersusun dalam rak, yang satu tampak wujudnya dan kini tak lagi tampak.
 
Buku digital memungkinkan membawa ribuan koleksinya kemanapun, tanpa harus repot mengemasi, menghabiskan ruang dan tempat serta bebannya yang berat. Hanya dalam beberapa hardisk ribuan buku itu tersusun dan dapat dimasukkan dalam tas bersamaan dengan barang kebutuhan lainnya. Kemajuan teknologi membantu para pecinta ilmu pengetahuan, pecinta buku, memudahkan mengakses koleksi bukunya tidak mengenal tempat dan waktu.
 
Kita ketahui bahan baku kertas yang menjadi media tulisan pengetahuan berbentuk buku, berasal dari pohon. Bisa jadi produksi kertas menyumbang persoalan-persoalan lingkungan, atas gundulnya hutan, menyebabkan kekeringan dan berakibat berkurangnya produksi oksigen. Belum lagi proses pembuatan kertas yang menyebabkan tercemarnya lingkungan karena limbah kimia. Anak-anak sekarang bertanya: Kenapa mesti membuat buku analog, kalau ada digital yang lebih mudah, simple dan ramah lingkungan? Searah partisipasi gerakan menanam sejuta pohon atau gerakan sehari menanam pohon oleh pecinta lingkungan hidup. Bukankah ketika membeli buku analog itu kita telah turut merusak paru-paru dunia?
 
Ungkapan estetik Dedy pada Superficial Reader sangat menakjubkan dan spektakuler. Tentunya tidak mudah mewujudkan gagasan ini, menghabiskan tenaga, waktu, pikiran dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu membutuhkan keberanian dan mental.
 
“Lintasan teks digital yang bertebaran membuat paradox baru, tidak ada jaminan membuat pembaca menjadi lebih kritis tapi malah membentuk barisan pembaca yang dangkal (Superficial). Teks tidak lebih dari sekedar media permainan, siapapun bisa membentuk ruang bermain dengan aturan mainnya sendiri.” (Pameran Tunggal Dedy Sufriadi, tiket.com).
 
Seperti halnya dunia Pendidikan dan perdagangan, apakah sebelumnya membayangkan akan terjadi perdagangan secara virtual (online) menggeser perdagangan secara konvensional tradisional. Membuka toko, berjualan apapun tidak perlu membangun Gedung-gedung di pusat kota atau di tepi-tepi jalan. Toko-toko sekarang nyaris sepi pengunjung, bahkan ditutup. Gedung-gedung sekolah mulai ditinggalkan murid-muridnya, semua belajar di rumah. Kini toko-toko dibangun melalui digitalisasi. Pusat Pendidikan dan perbelanjaan saat ini dalam bentuk digital. Pembeli cukup memesan secara online, penjual mengantar langsung ke rumah. Tidak lagi harus repot datang ke pusat perbelanjaan, dengan segala macam resikonya. Belanja dari rumah atau darimana pun. Begitu juga sekolah, membaca buku, cukup membawa gaget atau android.
 
Sekarang orang semakin sadar akan fungsi teknologi, menjadi bagian dari kecerdasan seseorang. Dulu otak kita dijejali dengan hapalan-hapalan dan menyimpan berbagai pengetahuan dari hasil membaca. Kini akurasi pengetahuan bisa dilihat bagaimana cara menguasai dan memanfaatkan teknologi. Tidak hanya sekedar bagaimana cara membaca buku, namun bagaimana membaca berbagai aspek.
 
Penghancuran lima ton buku itu akan monumental seandainya dikaji dari sisi lingkungan hidup, karena peristiwa ini akan mengurangi penggunaan kertas, dengan begitu dapat membantu menyelamatkan hutan dari masifnya penebangan pohon. Walau demikian relatifitas pemahaman dan pendapat subjektifitas tetap mendapatkan tempat sebagai aspirasi atau sebuah karya, buku pun jadi bubur.
***

*) Jajang Kawentar; Penulis, Kurapreeet http://sastra-indonesia.com/2021/02/buku-pun-jadi-bubur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi