Bercermin pada Kalender Kearifan Leo Tolstoy
Penulis: Nurel Javissyarqi
Gambar Cover Depan :
Lukisan: Laksmi Shitaresmi
Judul: Sisi Lain Kehidupanku
Ukuran: 200 cm X 150 cm
Acrylic on Canvas
Tahun 2005-2006
Penerjemah:
Agus B. Harianto
Muhammad Muhibbuddin
Layout & Desain Cover:
Fatah Anshori
Cetakan Pertama, 2 Desember 2004
Cetakan Kedua, 27 Februari 2005
Cetakan Ketiga, Juli 2020
xxxviii + 120 hlm; 14,5 x 21 cm
ISBN: 978-623-7731-64-1
Diterbitkan Oleh: PUJA (PUstaka puJAngga)
Jalan Raya Makam Sunan Drajat
Kendal-Kemlagi, Karanggeneng,
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia.
Website: http://pustakapujangga.com
Berkerjasama dengan : Pustaka Ilalang
Jl. Airlangga No. 3 Merjoyo, Sukodadi,
Lamongan, Jawa Timur, 62253 Indonesia.
Endorsemen Kulya dalam Relung Filsafat
“Nurel Javissyarqi itu api yang tak pernah mati, hidupnya
adalah bara yang terus berkobar, konsistensinya jadi energi yang tak pernah
habis, teruslah menekuni dan menerangi dunia sastra Indonesia.” (Akhmad Sekhu,
sastrawan)
“Yang saya lihat, Cak Nurel itu “Bahasa Perlawanan”.
Karya dan komunitas yang diperjuangkannya juga “Bahasa Perlawanan”. Tapi,
sebagai fenomena bahasa, ia mati sejak awal, dan menunggu pihak lain untuk menggunakannya.”
(Imam Nawawi, Budayawan-Santri Madura)
“Menjadi seorang pegulat pada hal yang dicintai tidaklah
mudah. Butuh konsistensi dan keteguhan. Dipenuhi ambisi dan ketekunan dalam
menempa dan menempuh jalan. Sebuah panggilan hidup, jalan sunyi dan perjuangan
melawan diri sendiri. Untuk sampai pada lentera ufuk timur, yang memberi sinar
teduh bagi masyarakat sastra. Pejuang itu nampak pada wajah Nurel Javissyarqi.
Meski badai dan kemelut sempat menerjang, mengerami nasibnya, ia selalu gigih
dan mandiri. Tak pernah takut bertarung sendiri. Menjadi dirinya yang mencintai
kata-kata, yang kelak menjelma mantra sunyi.” (Rakai Lukman, Sastrawan)
“Nurel Javissyarqi seorang sastrawan yang menarik.
Tulisannya ceriwis. Tapi keceriwisan yang kerapkali mempersoalkan persoalan
yang jarang hinggap di pikiran kita. Ia menyimpan “ketidakpercayaan” yang gawat
terhadap “nama besar”. Sehingga sastra Nurel lebih pada suatu sikap “menguji
nyali” menantang para pendekar sastra Indonesia dalam sebuah “pertarungan”
terbuka dengan menanggalkan “mitos” dan “nama-nama besar”. Sikap itu menarik di
tengah kehidupan sastra kita. Nurel membuat jalur baru, dan ia mengajak siapa
saja melewati jalurnya itu.” (Taufiq Wr. Hidayat, Penulis, tinggal Banyuwangi)
***
Dua Buku Ini Selain Ongkos Kirim, Rp. 50.000,-
No Kontak: 081 331 778 191
Tidak ada komentar:
Posting Komentar