Jumat, 22 September 2017

SASTRA DALAM NOVEL GRAFIS

Arif 'Minke' Setiawan
pawonsastra.com

Material yang saya tuliskan berikut ini hanya didasari ingatan – yang mana saya sadar sangat fana dan temporal sifatnya – sehingga bila ada terjadi kekeliruan penyebutan data dan fakta, dengan rendah hati saya mohon luasnya pemakluman dan lubernya permohonan maaf pembaca sekalian.
Novel grafis selama ini dimaknai sebagai varian cerita bergambar yang mengusung tema berat, alur cerita kompleks, serta disampaikan dengan bahasa sastrawi. Ini untuk membedakan dengan varian cerita gambar lainnya semisal komik yang cenderung bertema sederhana serta disampaikan dengan gaya bahasa ringan. Acapkali dianggap komik adalah bacaan untuk anak-anak, sedangkan novel grafis diperuntukkan untuk pasar penyuka cerita gambar berusia dewasa.

Koskow sebagai pembicara pertama, lebih banyak membahas novel grafis dari sisi grafik/ gambarnya. Sebagai akademisi seni grafis, Koskow memaksimalkan kemampuan akademisnya dalam membedah karya-karya novel grafis. Novel grafis yang dikupasnya terutama adalah The Invention Of Hugo Cabret. Buku yang pernah juga diangkat ke layar lebar dengan judul sama itu bercerita tentang kehidupan seorang anak yatim piatu bernama Hugo Cabret yang hidup sendirian di stasiun kereta api di Paris. Nasib membawanya bertemu Georges Melies, seorang sutradara film andal di jamannya.

Novel grafis Hugo Cabret disebut Koskow sebagai seni melihat (the art of seeing) karena – berbeda dengan umumnya novel grafis dan komik yang menggabungkan rangkaian gambar dengan narasi dalam balon kata  – buku ini memisahkan antara gambar dan narasinya. Beberapa halaman menyuguhkan gambar dalam format hitam putih arsiran, dan beberapa halaman selanjutnya berisi narasi. Dan ini disusun berganti-ganti. Koskow menyebut penyajian serupa ini memang disengaja penulisnya agar pembaca tertantang untuk mencari hubungan tiap-tiap penanda yang ada dalam gambar dan dalam narasi, karena keduanya bukanlah entitas terpisah namun menjalin satu kesatuan kesempurnaan cerita.

Pembicara kedua, Dwi Klik Santosa, adalah kreator novel grafis Abimanyu. Ia menulis narasi cerita, namun pengerjaan gambar diserahkan kepada pihak lain. Narasi Abimanyu dipilihnya karena cerita wayang – babon/ baku maupun carangan – selalu melekat dalam kenangannya.  Dikisahkannya bagaimana sejak kecil ia diajak berkelana kakeknya menonton pertunjukan-pertunjukan wayang di daerah Wonogiri. Naik - turun gunung, jalan dari desa ke desa dilakoninya demi mendapat hiburan dan kaweruh dari setiap pertunjukan. Dan memori itulah yang terbawa sampai ia dewasa.

Dwi berani mengklaim karyanya sebagai novel grafis karena dalam narasinya ia menyelipkan rangkaian kata-kata berbobot sastra. Bahkan ada beberapa halaman yang khusus memuat puisi-puisinya, tanpa disertai satupun gambar ilustrasi. Pergaulannya dengan seniman/ sastrawan/ budayawan ternama ikut berperan membentuk idealisme sekaligus jiwa seninya. Berkali-kali ia menyebut kedekatannya dengan penyair Rendra dan pernah nyantrik di bengkel seninya.

Pembicara pamungkas, Gunawan Tri Atmojo, penulis asli Solo mendapat porsi membahas novel grafis dari sudut pandang ilmu sastra. Ia mengajukan 3 penulis novel grafis sebagai sampel dalam materi bahasannya: Will Eisner (trilogi Kontrak Dengan Tuhan), Marjane Satrapi (Persepolis, Bordir), Kim Dong Hwa (trilogi Warna, Sepeda Merah). Dalam pandangan Gunawan, Eisner benar memaksimalkan gambar sebagai media perlawanan terhadap ketertindasan yang terjadi di lingkungan sosialnya. Tak heran gambar-gambar Eisner cenderung murung, gelap, suram. Ini sejalan dengan idealisme sejumlah sastrawan bahwa karya sastra harus mampu memotret kejadian faktual di sekelilingnya, dan harus mampu pula mendorong pembacanya untuk berani membuat perubahan terhadap segala ketidakberesan sosial sekitarnya.

Sedangkan karya-karya Marjane disebutnya sebagai karya ceria. Marjane memandang kepedihan dan penderitaan masa kecilnya semasa Revolusi Iran dengan sudut pandang yang lebih humoris mengarah komikal. Ini membuat penderitaan yang dihadapinya itu menjadi lebih ringan untuk dijalani. Dan Kim Dong Hwa disebut Gunawan sebagai sintesa antara Eisner dan Marjane. Kim mampu meramu antara kejadian-kejadian muram dan momen bahagia secara proporsional, disampaikan dengan bahasa lembut feminin selayak seorang ibu yang sedang bercerita pada anaknya. Tak heran banyak pembaca awam yang belum familir dengannya terpeleset mengiranya sebagai perempuan.

Pada sesi tanya-jawab terungkap bahwa sebagian besar peserta masih kesulitan membedakan antara novel grafis dan komik. Ini berangkat dari menggantungnya definisi tentang novel grafis itu sendiri. Masing-masing pembicara menanggapinya dengan jawaban yang berbeda pula. Bahkan dengan ekstrem Gunawan menyebut pembedaan itu hanya ada dalam selera pembacanya. Selama pembaca menikmatinya sebagai novel grafis maka ia adalah novel grafis. Absurd!

Keracuan komik dan novel grafis sendiri sebenarnya juga dimanfaatkan sekaligus disuburkan oleh penerbit-penerbit yang berorientasi pasar. Hanya karena pasar sedang gandrung pada novel grafis, maka sembarang terbitan cergam dengan mudah diberi label novel grafis di sampulnya. Kasus ini mengingatkan pada masa ketika pasar sedang demam Che Guevara atau Kahlil Gibran atau Nietzsche maka di pasar buku membanjir tulisan-tulisan yang membahas Che Guevara atau Kahlil Gibran atau Nietzsche. Oplah pasar memang telah menjadi acuan dan didewakan industrialis buku. Apapun rela dilakukan demi lakunya sebuah buku, bahkan sekalipun itu berarti menipu. Esensi buku berhenti hanya pada sebuah produk/ komoditas, bukan lagi sarana pencerah kehidupan manusia.

Di akhir diskusi, Yudhi Herwibowo, aktivis Pawon, menutup dengan menyebut bahwa novel grafis muncul sebagai upaya pemberontakan terhadap industri komik. Format produksi komik yang seragam, dari format balon kata, ukuran lay out, sampai jumlah halaman, itu yang coba didobrak. Penulis-penulis yang menolak doktrin demikian berusaha merumuskan sebuah cerita gambar baru yang berbeda dengan komik-komik mainstream. Hingga lahirlah novel grafis.

Balai Soedjatmoko, Surakarta, Sabtu (22/06/2013)
Pelaksana Kegiatan: Komunitas Sastra Pawon
Pembicara : Koskow (akademisi dan pengamat novel grafis)
Dwi Klik Santosa (novelis grafis)
Gunawan Tri Atmojo (sastrawan)
Moderator : Ngadiyo

http://www.pawonsastra.com/2013/06/sastra-dalam-novel-grafis-hasil-diskusi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi