Sabtu, 24 Juli 2021

Telanjur Seniman!

Bandung Mawardi
suarakarya-online.com
 
“Baiklah, saya tidak akan mengatakan bahwa ia telanjur jadi seniman karena ia akan sedia berkelahi dengan siapa saja yang mengatakan soal telanjur itu,” kata seorang tokoh dalam cerita Nasihat untuk Para Seniman garapan Misbach Yusa Biran.
 
Kalimat itu ditujukan untuk seniman melarat tapi memiliki “harga diri” dalam laku seni. Petikan itu menggoda: satire atas sosok dan makna seniman. Pengajuan ihwal “telanjur jadi seniman” mengandung kesan ganjil. Misbach memang sengaja memberi sindiran, mengisahkan keganjilan hidup dalam “ketelanjuran” disebabkan klaim sebagai seniman di Pasar Senen (Jakarta).
 
Kita masih temukan pendefinisian, kelakar, dan kritik di dunia seniman itu dalam cerita Nanggap Seniman. Misbach mengajukan humor getir dan satire, menempatkan dan menggambarkan seniman dalam dilema. Di sebuah pesta, seorang perempuan mengajukan tanya: “Wat is dat toch seniman, Mince?”
 
Seorang lelaki enteng memberi jawab: “Itu, orang-orang yang suka pakai jenggot, met cangklong, en pakaian yang slordig.” Jawab ini menggemaskan tapi memang jadi kelakar dan penghiburan bagi mereka saat pesta. Di pesta kaum muda itu sengaja mengundang seniman.
 
Undangan untuk “manusia-seniman” demi tawa dan ramai. Seniman itu makhluk aneh, lucu, dan unik. Jadi, pantas jadi hiburan.
 
Misbach juga sodorkan definisi dan gagasan seniman dalam cerita Kalau Bung Seniman, Jangan Tinggal di Kampung. Kita bisa simak dari kutipan pertemuan dua “seniman”, di suatu malam, di Pasar Senen: “Dari cara duduk yang semaunya itu, dari semula sudah saya duga bahwa anak ini tentunya termasuk bangsa-bangsa seniman. Oleh karena malam itu, saya mengenakan baju yang siangnya saya pakai tidur, lecek, maka saya pun tidak menyalahkan kalau dia sebaliknya mengira saya seniman pula.” Dua orang itu saling mengira, saling “menerima” pengakuan diri sebagai seniman. Definisi itu muncul melalu cara duduk dan pakaian lecek. Sepele!
 
Di tengah cerita, pengakuan sebagai seniman dibenturkan dengan anggapan umum. Seniman itu sesumbar-mengeluh: “Bagaimana saya bisa menjelaskan pada mereka bahwa pekerjaan seorang seniman tidak sama dengan pegawai-pegawai biasa yang pernah mereka kenal?” Seniman itu menuntut ada “keharusan” membedakan diri, meminta pengakuan-pemakluman masyarakat. Ironis!
 
Tiga cerita tentang seniman itu adalah taburan cerita-situasi Pasar Senen di tahun 1950-an dan 1960-an. Gairah mengisahkan seniman begitu impresif dan representatif. Cerita-cerita itu memang digarap Misbach kala membaur diri dalam geliat dunia seniman di Pasar Senen. Jadi, segala humor, satire, kritik, atau pujian atas sosok seniman merupakan tanggapan dari dunia dalam.
 
Pandangan tentang seniman memang fasih diceritakan oleh Misbach. Hal ini mengartikan ada episode-episode pembentuk citra-diri seniman dalam tautan estetika, politik, ekonomi, kota, pendidikan. Masa 1950-an menentukan pendefinisian dan pemaknaan seniman, terawetkan melalui pewarisan dari masa ke masa. Citra-diri seniman itu mungkin masih terakui sampai hari ini. Ada sebagai definisi lawas-klise tapi susah terbantah.
 
Sudjojono, pelukis kondang, diakui sebagai sosok penting untuk memopulerkan istilah seniman sejak 1930-an. Gambaran tentang seniman justru kerap membesar dalam arus sastra dan seni pertunjukan. Jejak pendefinisian seniman dalam drama bisa kita temukan di naskah Liburan Seniman (1944) garapan Usmar Ismail. Seniman identik dengan alienasi, pengucilan, uang, asmara, keluarga, hiburan, nasionalisme, dan moral masyarakat. Eksistensi seniman bergerak oleh tegangan konflik, utopia, resistansi, konfrontasi dalam ide-imajinasi dan praktik hidup keseharian.
 
Perbincangan ihwal seniman memang menggeliat di tahun 1940-an dengan ketokohan Chairil Anwar, si pujangga legendaris. Anggapan atas seniman perlahan diperkarakan dengan konteks sosial. Urusan ini mengental melalui tulisan Anas Ma’ruf, Fungsi Sosial Seniman, 1950. Perbincangan tentang seniman juga menukik ke gagasan besar Indonesia berkaitan politik-kultural.
 
Hal itu termaktub dalam Surat Kepertjaan “Gelanggang Seniman Merdeka” Indonesia, 18 Februari 1950. Anas Ma’ruf di awal tulisan menggambarkan situasi 1950-an: “Waktu belakangan ini banjak orang mengutik-utik soal fungsi soal seniman dalam masjarakat.” Jenis kalimat ini bakal terus berulang sampai hari ini dan hari esok. Sekian jawab telah diberikan tapi kerap mengabur, samar oleh gerak jiwa zaman.
 
Semua rujukan dan penghadiran ihwal seniman itu memang sengaja untuk merefleksikan kesanggupan kita mengurusi definisi dan makna seniman. Seniman di 1930-an, 1940-an, 1950-an memang nostalgia tapi masih dipandang sebagai orientasi para seniman mutakhir. Definisi seniman seolah menjauh dari urusan telanjur tapi ada dalam imperatif dan godaan keprofesian. Anutan atas keprofesian ala diskursus kerja abad di XXI ini kadang malah memudarkan etos dan iman kesenimanan. Keprofesian itu rentan bias oleh uang, jabatan, dan popularitas. Begitu.

*) Bandung Mawardi, Pengelola Jagat Abjad Solo /19 November 2011 http://sastra-indonesia.com/2011/11/telanjur-seniman/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi