Sabtu, 24 Juli 2021

Geliat Pelukis Abstrak di Era Kontemporer

Pameran Lukisan “4As (For Us)”
 
Dwin Gideon
sinarharapan.co.id
 
Dominasi realis pada era kontemporer ini sangat terlihat pada gaya figuratif yang kerap hadir di berbagai lukisan. Penggambaran yang jelas terhadap hal-hal yang mewakili kenyataan adalah ciri-cirinya.
 
Karena itu, para pelukis yang non-figuratif pun menjadi tersisihkan. Mereka adalah para pelukis abstrak. “Seni lukis itu pada dasarnya hanya ada dua, yaitu realis dan abstrak. Pada masa sekarang, seni lukis abstrak adalah aliran yang ditepikan,” kata Pelukis Ikay Khairudin pada Konferensi Pers Pameran Lukisan 4 As (For Us) di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis (11/12).
 
Namun dengan kenyataan yang seperti itu, bukan berarti seni lukis abstrak telah berakhir. “Para pelukis abstrak masih tetap intens dan serius dalam berkarya,” kata kurator Arief Bagus Prasetyo pada kesempatan yang sama.
 
Pameran lukisan bertajuk “For As (For Us)” adalah salah satu bukti bahwa gaya abstrak masih tetap eksis di ranah seni rupa Indonesia. Empat pelukis abstrak, Utoyo Hadi, Muhammad Faisal (Iconk), Ikay Khairudin, dan Nyoman Kardana, akan memamerkan karyanya dalam pameran yang digelar di Galeri Cipta II TIM ini, mulai 12-21 Desember 2008.
 
Gaya abstrak sendiri dituangkan dengan penampilan yang berbeda-beda oleh keempatnya. Ada sekitar 40 lukisan karya mereka yang dipamerkan kali ini. Utoyo menciptakan komposisi-komposisi abstrak yang sarat makna simbolis. Bentuk-bentuk dasar yang memiliki nilai simbolis universal, seperti lingkaran, persegi dan segitiga, kerap tampil pada karyanya. Hasilnya adalah lantunan aspirasi akan spiritualisme, mistisisme dan keanggunan harmoni kosmis.
 
Iconk adalah sosok pelukis yang giat melakukan eksplorasi dan eksperimentasi kreatif untuk menentang bentuk-bentuk seni rupa yang dianggap mapan. “Saya tidak mau kehilangan identitas aslinya demi menuruti permintaan pasar,” kata Iconk. Dalam pameran ini, Iconk menampilkan sejumlah lukisan abstrak berbahan karet.
 
Pelukis Ikay mengetengahkan drama piktorial yang tercipta dari tegangan antara kehampaan ruang terbuka dan kepenuhan struktur tertutup, ekspresi yang bergelora dan desain yang dingin, gerak dan diam, fluiditas dan soliditas.
 
Sedangkan Kardana, melihat realitas sebagai bentangan medan energi chaotic. “Karya-karya saya lebih banyak mewakili ide-ide akan fantasi tubuh,” katanya. Abstraksi gestural menjadi pilihan ekspresi Kardana untuk memvisualisasikan terbukanya ruang-ruang dinamis-realitas.
 
Bukan Subjek
 
Di tengah dominasi seni rupa figuratif, karya-karya bergaya abstrak memang bisa dikatakan termarginalkan. “Di dalam proses kreatif memang tidak ada kendala untuk menciptakan lukisan abstrak. Persoalannya justru ada pada eksistensi seniman itu sendiri,” kata Utoyo. Utoyo sendiri sudah mendalami seni lukis abstrak selama 33 tahun.
 
Dalam pengalamannya selama itu, Utoyo melihat bahwa marginalisasi terhadap seni lukis abstrak justru terjadi pada penempatan seniman atau pelukisnya yang bukan diposisikan sebagai subjek, melainkan justru sebagai obyek. Hal ini sangat jelas dapat dilihat pada penelaahan secara akademis terhadap seni lukis abstrak.
 
Di Amerika Serikat misalnya, ketika seni lukis abstrak dianggap telah menjadi marginal, maka studi akademis terhadap masalah itu pun langsung diarahkan pada senimannya sendiri. Seorang profesor seni, Prof Meyer, langsung bertemu dengan para pelukis abstrak untuk menemukan kendala-kendala yang mereka hadapi.
 
Prosedur yang sama tidak terjadi di Indonesia. Studi akademis terhadap masalah seni lukis abstrak justru tak menghadirkan senimannya secara langsung, melainkan lebih diserahkan kepada pengamat seni.
 
Akibatnya, masyarakat kadung menilai bahwa persoalan yang dihadapi para seniman abstrak adalah masalah finansial belaka. Kita tidak pernah tahu bahwa sekalipun seorang pelukis abstrak tidak bisa menjual lukisannya, namun ketika mereka bertemu dengan seorang kolektor, sebenarnya telah terjadi transaksi spiritual. Bagi seniman abstrak, kebahagiaan adalah nilai atas karya-karyanya. “Apa pun yang terjadi tetap akan membawa aura kebahagiaan,” kata Utoyo.
 
***
http://sastra-indonesia.com/2010/07/geliat-pelukis-abstrak-di-era-kontemporer/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi