Kamis, 18 Februari 2021

Pencarian Kepahlawanan Lewat Komik

Syifa Amori
jurnalnasional.com
 
Genre komik dalam seni rupa patut diperhitungkan karena kemampuannya memuat tema yang substansial dengan daya tarik tersendiri.
 
Setelah selama 12 tahun dari SD hingga SMP, bahkan SMA, murid sekolah di Indonesia dihadapkan pada sosok-sosok pahlawan yang berkorban demi tanah air dalam buku pelajaran sejarah mereka. Kini, mahasiswa Harvard, Mark Zuckerberg yang menemukan dan membuat facebook mendadak juga dirasa bagai pahlawan. Berkat penemuannya, interaksi sosial dan komunikasi lintas benua dapat dilakukan dengan mudah. Meski tidak mengorbankan nyawa dan tidak dapat gelar, Zuckerberg telah membuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak dan menjadi pahlawan bagi para peselancar di dunia maya.
 
Pergeseran sistem sosial budaya inilah yang dikatakan kurator seni rupa Kuss Indarto telah terjadi akibat pengaruh pesatnya perkembangan teknologi informasi. Ini, kata Kuss, berimplikasi pada pengenduran identitas yang khas pada suatu kelompok hingga pada cairnya identifikasi atas sebutan hero.
 
Dalam mempertanyakan dan memaknai kembali konsep kepahlawanan yang semakin meluas ini, Mon D’cor Galeri di Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat, bersama Kuss Indarto menyelenggarakan Pameran Seni Rupa HERO-IS-ME. Pameran yang berlangsung hingga akhir minggu ini diikuti enam seniman (Andi Wahono, Aji Yudalaga, Donny Kurniawan, Indieguerillas, Pandu Mahendra, dan Yudi Sulistya) yang mempresentasikan kembali beragam konsep kepahlawanan mereka dalam karya-karyanya. Termasuk cara pandang terhadap kepahlawanan dalam konteks perorangan.
 
“Para perupa berusaha mengembalikan problem kepahlawanan kepada dirinya sendiri. Memang, tidak semua perupa mengarah pada asumsi tersebut secara banal dan transparan secara visual. Namun kita bisa menyimak titik menarik itu pada karya-karya Donny Kurniawan dan Pandu Mahendra. Kedua seniman ini kiranya tidak tengah membangun egosentrisme yang berlebihan dengan mempahlawankan diri sendiri, namun bagai berusaha menciptakan pertanyaan ihwal keberadaan dan nilai kepahlawanan itu sendiri,” kata Kuss dalam pengantar kuratorial pameran HERO-IS-ME ini.
 
Pesan dan pemaknaan terhadap kepahlawanan jelas tersampaikan dalam pameran ini. Mulai dari karya Andi Wahono yang condong pada aksi kepahlawanan pada sebuah pertempuran dengan setting masa lalu, karya Yudi Sulistyo yang memperlihatkan perjuangan tentara di medan perang, hingga karya Indieguerillas yang memperlihatkan bentuk kepahlawanan era westernisasi yang sukses menggilas “pahlawan-pahlawan” lokal pada karya There goes My heroes Watchem as They Goes.
 
Dalam There goes My heroes Watchem as They Goes, Indieguerillas (Miko Bawono dan Santi Ariestyowanti) menggambarkan wajah Kolonel Harland Sanders yang sudah menjadi logo Kentucky Fried Chicken bersama dua orang superhero Amerika yang seperti akan menyantap tokoh wayang kulit punakawan (semar dan teman-temannya) selayaknya permen lollypop.
 
Ada pula karya Pandu Mahendra yang melukiskan aksi penyelamatan dari ancaman seorang anak oleh seorang pemuda masa kini yang dijuduli Panjang Taringku dan Malam di antara 9 Bintang. Yang juga tak kalah menarik adalah karya Kasih Tak Sampai-nya Donny Kurniawan. Mungkin saja, Donny yang juga menggambar komik yang diproduksi dan diterbitkan di Amerika Serikat ini ingin menceritakan perihal keberadaan pejuang cinta. Pahlawan yang tetap tegar meski impiannya tak kesampaian. Apalagi sisi kepahlawanan tentunya ada di diri setiap orang.
 
Kuss sendiri memilih komik dalam memediasi tema besar kepahlawanan untuk melawan mainstream seni rupa yang sedang mengikuti tren seni lukis China. Baginya, akan lebih baik untuk membuka jalan bagi para seniman yang belum masuk dalam pemetaan seni rupa Indonesia, termasuk pasarnya, yang tidak turut terbawa pola visual China yang sedang “mewabah”.
 
“Kalau pun dikatakan bahwa pasar seni rupa sedang condong pada karya grafis atau pop-art, HERO-IS-ME sendiri lebih menekankan aspek komiknya bukan unsur grafitinya. Dan kebanyakan mereka berangkat dari latar komik, bukan dari pop-art,” kata Kuss Indarto.
 
Upaya Kuss untuk mengangkat komik sebagai mediator tampaknya berhasil. Pesan kepahlawanannya sangat kental mewarnai nuansa pameran HERO-IS-ME ini. Juga karena komiklah, lalu karya lebih mampu bercerita banyak. Paling tidak mengenai suatu adegan atau kejadian.
 
Meski begitu eksplorasi teknis dalam menggambar di atas kanvas jauh lebih dalam dibandingkan pada komik strip. Hal ini diakui Andi Wahono. “Hanya menggambar komik strip rasanya nggak puas, makanya saya pindah ke kanvas walaupun teknis pengerjaan yang saya tempuh bisa dikatakan jauh lebih panjang dibanding pelukis biasanya,” kata Andi yang mengaku bisa mencapai sebulan lamanya untuk membuat satu karya saja. “Saya menikmati proses pengerjaan ini. Makanya saya tidak mempermasalahkan waktu dan tidak terburu-buru ingin cepat selesai,” katanya menambahkan.
 
Andi mengawali karyanya dengan membuat sketsa dengan pensil di atas kanvas yang disusul sketsa tinta China dan pewarnaan awal dengan teknis cat air yang mengharuskan adanya sinar matahari demi membantu proses pengeringan. Setelah kering, Andi harus meraba kembali sketsa yang sudah tertutup warna untuk diberi sisi gelap dan juga pengerokan untuk sisi terang. Setelah selesai barulah dilakukan pewarnaan kembali yang dilanjutkan finishing penekanan sisi gelap dan terang.
 
Karya Andi memiliki karakter yang sangat kuat dan khas. Unsur pewarnaan monokrom yang dipilihnya (cokelat hingga emas) memberikan kesan agung sekaligus agak sedih. Dan objek-objek dalam lukisannya juga punya karakter sendiri, seperti tokoh manusia seperempat dewa seperempat robot seperempat wayang yang sedang bergulat di dalam sebuah pertempuran besar. Dan sebagian besar tokoh berperang ini juga diwakili sosok perempuan tangguh.
 
Dengan kecenderungan tema peperangan, Andi masih memasukkan unsur personal seperti yang diperlihatkannya dalam Hero of The Day (Alone) yang menggambarkan sesosok tokoh di atas kuda perangnya tengah memetik alat musik dan meyiratkan rasa kesepian. Mungkin setelah memenangkan peperangan yang akhirnya tidak menyisakan siapa-siapa.
 
Unsur personal juga kelihatan dalam karya-karya Yudi Sulistyo berjudul The Soul Behind the Gun dan juga karya yang menggambarkan tentara yang sedang meneteskan airmata. Dengan caranya sendiri, muatan gagasan dalam lukisan komik mampu menyampaikan pesan-pesan yang cukup berat yang ada di dalam konsep kepahlawanan.
 
Yaitu bahwa kepahlawan yang tak melulu terkait aksi heroik, tapi juga kemanusiaan, perasaan pribadi, keseharian yang sederhana (seperti dalam karya-karya Aji Yudalaga), budaya, dan banyak unsur kehidupan lainnya. Mudah-mudahan saja, pameran ini bisa menimbulkan kembali kepahlawanan dan penghargaan terhadap kepahlawanan sekaligus juga menguatkan posisi komik dalam pemetaan seni rupa.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/04/pencarian-kepahlawanan-lewat-komik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi