Jumat, 19 Februari 2021

Mengapa Komik Jepang Bisa Mendunia?

Faidil Akbar
suarakarya-online.com
 
Mengapa komik Jepang alias manga (baca: mang’nga) menyedot penggemar sampai ke seluruh dunia, hingga Eropa yang memiliki legenda komik: Tintin sang wartawan dan prajurit Galia Asterix? Bahkan gaya dan budaya manga ditiru remaja-remaja mereka.
 
Di negeri asalnya sendiri, manga dikonsumsi oleh anak-anak sampai orang tua. Terdapat banyak ragam (genre) komik yang beredar, untuk anak-anak (kodomo), remaja putra (shounen), remaja putri (shoujo), dewasa pria (seinen), dewasa wanita (josei), bahkan ada genre yang diterbitkan untuk memenuhi fantasi seksual (yaoi/yuri/hentai).
 
Begitu masif industri komik di Jepang. Di negeri itu, komik adalah media bagi komunikasi massa di banyak bidang bahkan diakui sebagai salah satu bentuk seni. Jepang memang “negeri komik”.
 
Manga masuk pertama kali ke Indonesia sekitar akhir 1980-an. Sekarang, setiap bulan ada puluhan judul manga yang diterbitkan. Untuk memenuhi kebutuhan minat pembaca dewasa, generasi awal penggemar manga yang sekarang beranjak dewasa, manga genre dewasa diterbitkan. Kategori manga inilah yang akan kita kupas seluk-beluknya.
 
Dalam manga, ada tiga elemen dasar yang dapat kita tilik sebagai bahan untuk mengapresiasi manga tentu saja tiga elemen tersebut dapat dipecah lagi untuk mengupas aspek keindahan manga lainnya. Yang pertama dan yang paling mudah dilihat oleh pembaca adalah kualitas gambar termasuk di dalamnya, gaya.
 
Pembaca awam cenderung lebih mengapresiasi manga bergambar naturalistis dan indah. Itu hanya masalah selera, sebenarnya, karena buat pembaca yang lebih serius, bentuk deformatif atau kartun memiliki daya tarik tersendiri. Elemen kedua adalah cara bercerita. Kecerdasan pencipta manga atau mangaka (baca: mang’gaka) dalam menciptakan atmosfer dramatis, ironis, dan subtil menjadi lapisan kedua yang paling menarik untuk diapresiasi, terutama karena roh manga terletak di sini.
 
Di sini, manga mungkin sedikit asing bagi pembaca Indonesia yang belum terbiasa, karena bahasa visual dan dialognya diwarnai budaya Jepang. Yang terakhir adalah isi atau tema cerita. Seorang mangaka yang matang mampu mengambil tema yang abstrak dan menuangkannya ke dalam manga sedemikian rupa sehingga kedalamannya bernuansa.
 
Pembaca yang asing dengan manga mungkin tidak terlalu sulit menikmati tema-tema manga karena tema yang diangkat melekat pada budaya timur, berbeda dengan komik (novel grafis) Barat berlanggam semacam Sandman karya Neil Gaiman, yang kisahnya berangkat dari mitos-mitos Barat.
 
Dalam Planetes, misalnya, Makoto Yukimura mengangkat perenungan yang sublim tentang kehidupan dari kacamata tokoh-tokoh pembersih debris KRGsampahKRG ruang angkasa. Yang bergulir dalam cerita adalah pergolakan dan interaksi emosi antarkarakter dan, tak lupa, pembaca disuguhi isu global, seperti masalah lingkungan versus kapitalisme. Penggarapan aspek-aspek teknisnya tidak main-main. Istilah-istilah dunia angkasa luar, desain baju astronot, dan pesawatnya digarap dengan serius.
 
Sedangkan tutur ceritanya dibentuk dengan semiotika visual yang matang, yang membuat pembaca merasakan sensasi emosi dan irama cerita seperti sedang menonton film layar lebar tetapi dalam bentuk grafis.
 
Seorang mangaka legendaris Osamu Tezukab ia juga membuat komik Buddha dalam Atom Boy banyak mengupas tema kemanusiaan. Atom Boy dibuat untuk semua umur, bukan untuk anak-anak saja. Pembaca dewasa akan terhibur dengan isu dan kupasan isinya. Pada Atom Boy No.3, episode Duel di Arpus, Atom bermonolog: “Kami robot, berbeda dengan manusia. Robot tidak mempunyai saraf dan hati. Otak listrikku tidak mempunyai kehalusan berpikir dan sama sekali tidak sesuai dengan kehalusan berpikir manusia. Pokoknya robot itu payah, deh, dibandingkan manusia! Karena itu ada kalanya aku payah!”
 
Atom merasa sedih karena, ketika teman-teman manusianya, bahkan seekor anjing peliharaan, dapat menikmati musik indah di sekeliling api unggun, ia tak bisa merasakan apa-apa. Lalu, ia pergi menyendiri. Saat ditanya apa yang membuat dia sedih, Atom menjawab, “Anjing saja bisa menikmati keindahan lagu, sedangkan aku tidak mengerti. Aku tidak bisa merasakan keindahan untaian lagu itu. Merasakan keindahan ketika melihat pemandangan dan mendengarkan lagu. Betapa beruntungnya manusiat…” Ada juga manga yang mengemban kritik sosial, yaitu Say Hello To Black Jack (Black Jack ni Yoroshiku) karya mangaka Syuho Sato. Serial ini diganjar penghargaan dalam Media Arts Festival Award dengan predikat Excellence pada 2002.
 
Manga Artist Society pun memilih karya ini sebagai Manga Terbaik 2004. Manga ini mengupas realitas problem kedokteran di Jepang dan sempat terancam boikot karena kritiknya yang keras dan tajam. Sato tidak bekerja sendirian.
 
Ia didampingi oleh narasumber dari dunia kedokteran. Kisahnya dimulai dari mahasiswa kedokteran, Eijiro Saito, yang baru lulus dan menjadi dokter magang. Cerita berjalan dalam divisi-divisi kedokteran, dari bedah jantung, penyakit dalam, perawatan bayi, anak-anak, kanker, sampai divisi kejiwaan. Problematika moral dan integritas kedokteran dipertanyakan dengan tajam. Mengenai pendalaman budaya, Ghost In The Shell (Koukaku Kidoutai) adalah karya yang menarik. Karya Shiro Masamune ini sempat diangkat ke layar lebar sebagai film animasi dengan judul yang sama, disutradarai oleh Mamoru Oshii. Manga ini bercerita tentang cyborg (cyberdine organism), manusia yang diganti organ tubuhnya dengan mesin, seperti Robocop.
 
Dalam cerita ini, Masamune mempertanyakan dari mana jiwa datang dan apa mungkin bisa merasuk ke dalam mesin ciptaan manusia? Jika kita ingat konsep animisme, konsep “merasuk” ini mirip dengan konsep keris tayuhan dalam budaya Jawa. Fenomena ini memperlihatkan lenturnya media komik mewadahi gagasan-gagasan, juga menuturkan narasi budaya dalam sebuah cerita.
 
Komik adalah bahasa visual bernarasi yang runut wayang beber dan relief-relief perjalanan hidup Buddha menuju pencerahan di Candi Borobudur pun masuk kategori komik nonverbal. Sebagai karya visual, komik memiliki ruang eksperimen yang tak bisa dikejar oleh bentuk sastra semata. Itu sebabnya ragam komik begitu banyak dan masih kita tunggu-tunggu suntikan kreativitas segar dari para seniman komik.
 
Buat pembaca komik pemula, tidak ada ruginya jika kita mulai mencoba mengapresiasi komik sebagai sebuah karya budaya, sebagai variasi bacaan bermutu yang sesuai dengan selera pribadi.
***

http://sastra-indonesia.com/2010/07/mengapa-komik-jepang-bisa-mendunia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi