Sabtu, 06 Juni 2020

Matinya Sastra dan Kehebohannya

Lukas Luwarso *
watyutink.com 25 Feb 2018

‘Heboh” Angkatan Puisi Esai (APE) yang digembar-gemborkan impresarionya, Denny JA, mengukuhkan sinyalemen J Hillis Miller yang pernah menyatakan: “The end of literature” (matinya sastra).

Dalam buku On Literature, terbit 2002, Miller menyampaikan: beda era beda media, zaman berubah mengubah kebiasaan manusia, termasuk dalam menyerap sastra dan seni umumnya. Perkembangan teknologi media menyebabkan manusia mengalami mutasi dalam pengalaman perseptual dan mengubah minat orang terhadap sastra.

Miller mewartakan “matinya sastra” tanpa bermaksud menyampaikan sastra telah punah, karena karya sastra klasik bermutu tetap abadi. Ia hanya ingin menunjukkan, sastra pada era mesin cetak begitu dominan dalam membentuk persepsi budaya. Kini nilai pentingnya menjadi berkurang (diminishing important) karena begitu banyak alternatif medium dalam menserap kebudayaan.

Dan “kematian sastra”, setidaknya di Indonesia, menjadi semakin gamblang ketika hiruk pikuk dan kehebohan tentang sastra bukan soal wacana kualitas karya, melainkan sebatas label. Puisi Esai adalah marketing ploy, menjual label untuk membangun “legacy” personal. Boleh jadi akibat terlalu harfiah dalam memahami ungkapan John F Kennedy: "Jika politik kotor, maka puisi akan membersihkannya." Menjadi penyair juga yang berpikir bisa membersihkan (dari rasa bersalah) berbisnis di wilayah politik.

Kekonyolan terbesar gerakan APE adalah upaya agresif menuntut pengakuan (self-aggrandizing) bahwa proyek ini seolah-olah adalah gerakan sastra yang penting. Ada tiga alasan kenapa gerakan APE konyol.

Pertama, Anakronistik. Menjual label puisi di era yang salah. Jika aksi APE mengklaim sebagai angkatan atau gerakan pembaruan puisi dilakukan seabad atau 50 tahun lalu, mungkin akan sedikit memancing perhatian. Ketika itu, khalayak masih tertarik dengan atraksi atau sensasi sastra karena belum banyak distraksi. Khalayak belum sibuk dengan gadget, baru ada TVRI, belum ada Netflix, media sosial. Semua koran masih menyediakan halaman untuk puisi, deklamasi dilombakan. Ketika antologi puisi atau menonton pertunjukan baca puisi masih "sesuatu".

Kedua, Pretensius. Publik umumnya tidak terlalu peduli lagi sastra sebagai karya seni yang memiliki nilai khusus. Mem-banal-kan puisi sekadar menjadi esai yang ber-rima (plus ada catatan kaki) tidak menjadikan puisi lebih diminati. Dulu ada gerakan atau atraksi penyair yang mencoba memancing perhatian--dan berhasil--tanpa bersikap pretensius untuk tercatat dalam sejarah sebagai "angkatan”. Gerakan puisi lebih cerdas dan kreatif seperti puisi mbeling; atraksi pengadilan puisi; manifesto Sutardji Calzoum Bachri membebaskan kata-kata dari makna; atau puisi pamflet WS Rendra, berhasil memancing perhatian khalayak di luar komunitas penyair. Menarik karena orisinil dan non-pretensi.

Ketiga, Tak bermakna. Apa sesungguhnya makna "angkatan" dalam sastra/puisi, sehingga begitu menjadi obsesi. Angkatan-isme tak lain sekadar upaya mengkategori, membuat periodisasi, untuk memudahkan memahami dinamika dunia kesenian yang begitu beragam dan kompleks. Wacana angkatan cuma alat, bukan esensi. Pengkategorian karya sastra berdasarkan angkatan tidak valid metodologinya. Hanya untuk memudahkan pemilahan dalam konteks sejarah sastra.

Pemberian label angkatan bersifat arbriter dan subyektif, setiap orang bisa melakukan. Tak perlu terlalu serius menganggapnya sebagai faktual dan representatif realitas sastra yang kompleks. Lazimnya pemberian label angkatan atau gerakan diberikan oleh kritikus atau institusi kredibel. Tidak lazim seorang penyair mengklaim, memaksakan, bahkan menjejalkan karya atau aktivitasnya membawa perubahan. Bahkan Sutardji sadar Abdul Hadi WM tidak serius (dan lagi mabuk) ketika mendeklarasikan dirinya sebagai “Presiden Penyair Indonesia” pada 1970-an.

Puisi adalah seni berkata-kata untuk menyampaikan sesuatu yang sulit dirangkai dengan kata verbal. Puisi adalah ungkapan pengalaman dan pemahaman subyektif. Jika mau bernarasi secara langsung atau menyampaikan informasi, tulislah status di media sosial, diary, kolom, jurnalisme, skripsi, tesis, desertasi, atau esai (boleh pakai catatan kaki), tanpa berpretensi sebagai puisi.

Sastra, termasuk puisi, adalah seni mencipta dunia imajiner dengan kata-kata. Sastra tetap perlu sebagai kebutuhan dasar manusia untuk berimajinasi dan berkisah. Heboh proyek APE cuma kehebohan semantik, bukan substansi. Tak soal berapa banyak buku diterbitkan atau berapa ratus penyair terlibat dan dibayar. Memasarkan sastra dengan gimmick atau sensasi (bukannya kualitas karya) hanya akan membunuh sastra, atau mempercepat kematiannya.
***

*) Jurnalis Senior, Kolumnis
https://www.watyutink.com/topik/berpikir-merdeka/Matinya-Sastra-dan-Kehebohannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi