RadarBangsa.co.id
Kabar ini mulanya dari RadarBangsa berjudul: "Desa di Ujung Pangkah ini memiliki sanggar kesenian yang representatif. Mau tahu?"
https://radarbangsa.co.id/desa-di-ujung-pangkah-ini-memiliki-sanggar-kesenian-yang-representatif-mau-tahu/
Tempat atau lahan yang
dimilikinya tidak begitu luas, bahkan berdekatan langsung dengan area pertanian.
Namun sejak tahun 2019 terbilang konsisten dan cukup mampu menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang bermuara seni dengan etos kebudayaan, serta menghadirkan
beberapa seniman yang patut diperbincangkan di tingkat Nasional. Ialah Sanggar
Pasir (SP) beralamat di Dusun Mulyosari, Desa Banyuurip, Kecamatan Ujung
Pangkah-Gresik.
Kepada wartawan
Radarbangsa, Sholahudin, pemilik lahan yang digunakan untuk kegiatan SP
menuturkan. “Geliat seniman dan sastrawan di Pantura Gresik serta Lamongan cukup
tinggi. Baik yang dilahirkan lembaga pendidikan seperti teater sekolah, kampus,
maupun pemuda Karangtaruna. Sanggar Pasir berikhtiar agar geliatnya terus tetap terjaga. Salah satunya dengan menyediakan ruang silaturahim, membuka kelas
penulisan atau bedah karya,” ujarnya, saat ditemui di beranda langgar panggung
SP, rabu (22/1/2020).
Terkait kelas penulisan
dan bedah karya. Lelaki yang juga pembina teatear itu melanjutkan. Bahwa sejak
8 November 2019, SP telah memulai dengan menghadirkan pemateri Nurel
Javissyarqi, dan Rakai Lukman sebagai moderator. Kegiatan yang didominasi para pelajar
ini bertema Jurnalisme Sastrawi. Pada hari Jum’at 17 Januari 2020 lalu, SP
menyiapkan bedah “Alur-Alun Tanjidor Desa Lembor 1952-2019,” yang ditulis A.H.
J Khuzaini dan Roudlotul Immaroh.
Terkait peserta diskusi,
Sholahudin menjelaskan bahwa SP terbuka untuk berbagai kalangan: “Kami tidak
membatasi peserta, baik pelajar, mahasiswa, anggota komunitas teater, pemuda
Karangtaruna, masyarakat umum. Jika mereka bisa membawa karya baik fiksi atau
non-fiksi yang bisa dibagikan (didiskusikan). Sanggar Pasir sebisa mungkin akan
memfasilitasinya.”
Beberapa fasilitas yang
dimaksud saat diskusi bedah karya antara lain: Penggandaan naskah, menghadirkan
pembedah yang mumpuni di bidangnya. Tidak lupa sajian makanan ringan dan
minuman. Dan pengurus SP menyiapkan langgar panggung yang mendukung shalat
berjamaah, kamar mandi, dapur, serta gubuk atau ruang literasi, yang berisi
koleksi buku sastra dan umum, peralatan tulis yang relatif nyaman untuk
menggelar diskusi.
Selain itu, SP
menyediakan panggung pementasan alternatif bagi komunitas seni yang kesulitan
untuk mementaskan karyanya. SP juga menggelar event tahunan berupa festival
budaya “Ceblok Branjang,” serta siap menerima kunjungan dari pelajar. Para pelajar
yang berkunjung tidak hanya mengikuti apresiasi sastra, tetapi juga belajar di
bengkel sablon SP, misalkan didampingi membuat handicraft (kerajinan tangan).
Tidak hanya masyarakat
umum. Kehadiran SP dan fasilitaanya juga sering dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar sebagai tempat bimbingan belajar siswa sekolah di sore hari, untuk rapat dan nonton bareng. Dan terkait kegiatan bedah
karya terakhir, Sholah menjelaskan bila pada forum itu dihadiri berbagai
komunitas Teater, seperti Teater Ilat, Teater Akeq, Teater Seruling, Teater
Trubus Komunitas Pecinta Sastra Debu Kelana, dan para Anggota Karangtaruna dari
beberapa desa sekitar.
Untuk melancarkan agenda
SP, Sholahudin didampingi Deny Jazuli sebagai Lurah SP, Fatihin, Fatih Sampek, dan Zainudin, seniman yang pernah berproses di Komunitas Teater Sekolah Se-Gresik
(KotaSeger), serta dari berbagai pihak yang berasal dari Gresik maupun kota-kota
lain. “Kami bersyukur, bisa menyediakan ruang, yang semoga bermanfaat bagi
pegiat kebudayaan” pungkas Sholahudin.(JK)
***Kabar ini mulanya dari RadarBangsa berjudul: "Desa di Ujung Pangkah ini memiliki sanggar kesenian yang representatif. Mau tahu?"
https://radarbangsa.co.id/desa-di-ujung-pangkah-ini-memiliki-sanggar-kesenian-yang-representatif-mau-tahu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar