Jumat, 27 Desember 2019

Kemah Budaya Pantura 2019 Se-Jawa Timur

Daya Kebangkitan Generasi Milenial Nusantara
(Tri Broto Wibisono, Jo Batara Surya, Ki Ompong Sudarsono)
Jo Batara Surya *

Rumah Budaya Pantura (RBP) sebagai penggagas acara Kemah Budaya Pantura, bertempat sekitar lingkungan Makam Syech Maulana Ishaq (Ayah dari Sunan Giri), Desa Kemantren, Paciran, merupakan salah satu wadah baru bagi para pelaku, pecinta, dan pemerhati seni-budaya di Jawa Timur. Sebuah wadah yang sejak lama dibutuhkan kaum seniman-budayawan JaTim ini, akhirnya menetas dalam jangka waktu cukup lama, dengan segala kendala yang dihadapi, mulai keuangan, sumberdaya manusia, dll, tidak membuat surut tekad pemuda-pemudi di Pantai Utara Lamongan terhenti. Namun, atas ikhtiar perjuangan bersama, semua beban terasa indah teratasi dengan bisa menyelenggarakan KBP, yang melibatkan banyak seniman juga budayawan besar turut andil dalam perhelatan akbarnya, tidak tanggung-tanggung beberapa kegiatan mendasar dilaksanakan, seperti workshop teater, seni tari, batik, wayang hingga sastra.

Sepertinya, RBP memahami betul yang dibutuhkan generasi milenial dalam mengisi masa-masa digital era 4.0., yang tengah membunyikan lonceng peringatan bagi pelaku seni untuk segera singsingkan lengan menyiapkan diri beserta tatanannya di dalam menghadapi tuntutan zaman; bagaimana para seniman bisa memberi sumbangsih besar di dalam menata peradaban bangsa melalui kebudayaan, sehingga pada gilasan percepatan waktu, manusianya tidak masuk jebakan digitalisasi, karena hakikatnya para insan bukanlah robot ataupun perangkat lunak dari peradaban industri.

Budaya sebagai Identitas Bangsa

Bangsa Indonesia sudah memiliki peradaban agung sejak lama, dimana para leluhurnya telah menciptakan kesadaran tertinggi atas kehidupan insan di setiap zamannya. Kejayaan tersebut bisa dilihat di berbagai masa yang menyimpan nilai-nilai esensi pada setiap peninggalannya, Candi Borobudur pula percandian di seluruh pelosok Nusantara menjadi bukti nyata, begitu juga kekayaan tari-tarian, bahasa, pusaka, serta busana di setiap daerah, laksana kitab alam terbuka yang harus dibaca semua insan yang sadar pentingnya jati diri (kebangsaan). Berjalan seiringnya waktu, seni-budaya mengalami perubahan signifikan di pelbagai hal, dan panggung teater di Indonesia kian hari berkembang menjelma laboratorium kesadaran yang kerap dibincangkan banyak kalangan, begitu pula ilmu kesusastraan.

Inilah penanda jelas jati diri bangsa memerlukan formula dalam menyanggupi setiap periodenya, karena jati diri inipun nantinya menentukan arah perjalanan bangsa. Miris, jika sebuah bangsa besar melupakan seni-budayanya, sedang perihal itu nilai besar dimana bangsa-bangsa lain cemburu atas kekayaaan budaya kita. Bagi saya pribadi, ada hal mendasar membuat bangsa melupakan seni-budaya sebagai sumber kesadaran diri, salah satunya manusia kekinian banyak terjebak oleh faham-faham materialisme yang telah menjauhkan pada kesadaran tertingginya sebagai mahluk spiritual, padahal dengan bekal intelektual dapat membuat peradaban bangsanya berada pada persamaan, bahkan lebih unggul dari yang lain, sebab sejatinya peradaban dunia bersumber dari bangsa tercinta kita juga.

Empat Hari Kemah Budaya di Rumah Budaya Pantura

Dalam perhelatan KBP yang dilaksanakan tanggal 22 sampai 25 Desember 2019, terlihatlah suatu gaya atau nuansa seni-budaya yang mempunyai warnanya tersendiri, yaitu cara generasi milenial menjemput kesadarannya. Kegiatan KBP ini, diikuti peserta yang hampir keseluruhan datang dari kalangan milenial, mulai dari panitia, peserta, hingga para pematerinya yang juga mumpuni. Dalam bidang teater ada saudara asal Madura yakni Mahendra, akrab disapa Eeng, yang sudah lama berkecimpung di teater, ada Galuh Tulus Utama, seniman yang menduduki komite teater di Dewan Kesenian Jawa Timur, ada pula senior dari Surabaya, Dody Yan Masfa turut berbagi pengalamannya dalam berkesenian, hal ini memberikan energi baik bagi seniman-budayawan Lamongan dan Gresik khususnya, selain itu ada seniman Jawa Tengah, Ki Ompong Sudarsono yang notabene ki dalang wayang sekaligus berteater, juga Tohir Jokasmo, Sholihul Huda, dan saya sendiri coba berbagi pengalaman dengan harapan akan banyak lagi para pelaku seni budaya diera milenial; tidak canggung berkarya di masa kekinian demi kemajuan bangsa.

Hari Pertama, semua peserta mendapat arahan dalam mempersiapkan mental, fisik, dan lainnya, sedangkan panitia memberi pandangan umum tujuan digelarnya KBP. Pada Jam 1 siang setelah pembagian kelompok, peserta diberi materi dasar teater, dilanjutkan seni tari diasuh maestro tari tradisional Tri Broto Wibisono, workshop seni tari berjalan lancar diikuti sekitar 150 peserta, dan semuanya antusias mengikuti arahan pelatih, inilah bukti generasi milenial sangat membutuhkan ruang ekspresi, seperti tarian sebagai jalan pencarian jati diri.

Malam harinya, peserta workshop disuguhkan pertunjukan dari para pemuda Cangaan-Gresik yang menampilkan musik etnik bernuansa Jawa lewat tembang Lir Ilir, dan beberapa lagunya Sujiwo Tejo yang diaransemen ulang, sehingga punya warna tersendiri. Dilanjutkan tampilan Sangbala Children Theatre diasuh Rodli TL, membawai naskah “Kaum Klepto,” dimana para pemainnya mayoritas anak-anak begitu ceria dan terampil melakoni perannya masing-masing, menjelmalah pertunjukan yang solid.

Hari Kedua, peserta peroleh pelatihan membatik secara langsung dari narasumber yang sudah ahlinya, lantas malam harinya mendapat suguhan dari Meimura yang berkolaborasi dengan Tri Broto Wibisono yang mengetengahkan ludruk tradisi. Ini menambah wawasan baru bagi semua peserta kemah mengenal ragam kesenian, terlebih dunia pertunjukan. Disusul pertunjukan tari tradisional yang dibawakan siswi dari MA Mazroatul Ulum Lamongan.

Hari Ketiga, peserta diberikan wawasan baru dunia wayang yang langsung diasuh ki dalang dari Temanggung, Ki Ompong Sudarsono. Pada pelaksanaannya, ki dalang melibatkan peserta dalam memahami perihal dunia pewayangan; interaktif peserta dengan pemateri terlihat saat peserta diajak memainkan wayang sekaligus. Di malam harinya, peserta diajak mempraktekan semua ilmu yang diperoleh, diawali pertunjukan monolog oleh Pandu dengan naskahnya “Tentang Tanah.”

Hari Keempat, peserta menyiapkan semua materi serta perlengkapannya untuk diaplikasikan di panggung pertunjukan, dari mental juga fisik diuji di atas penempaan selama mengikuti kegiatan. Penampilan pertama Kelompok Satu dibimbing Galuh Tulus Utama atas konsep teater tubuhnya begitu menghipnosis penonton berjudul “Yang Menyentuh Hidup,” berseting bebatuan kapur, para aktor berhasil mengolahnya menjelma pertunjukan yang mengagumkan. Tampilan kedua Kelompok WS Rendra yang saya bimbing, membawakan tema kebangsaan relijius bertitel “Negri Para Pecinta,” menampilkan pertunjukan yang apik, walau para aktornya mayoritas pemula dalam seni pertunjukan, ini seakan membangkitkan gairah semangat peserta untuk senantiasa optimis berkarya dalam setiap kondisi apapun nantinya.

Kelompok Tiga dibina Mahendra, menampilkan pertunjukan yang banyak mengeksplor tubuh dengan properti; bangku, meja, sarung, serta lainnya, lewat judul “Sebuah bangku dan kenangan yang berlesatan pulang dan pergi.” Pementasan ini mencuri perhatian penonton, pasalnya begitu ketat penemuan gerak tubuh terus mengalir memainkan tempo yang mengundang tanya seolah tidak memberi jeda menghela nafas, lantaran ketatnya aktor mengolah panggung. Penampilan Keempat digarap Sholihul Huda, seniman yang sudah lama tinggal di Jogjakarta ini melayarkan naskahnya “Kick-Kock,”  dengan konsep pertunjukan grouping aktor yang membuat penonton berdecak kagum sedikit lucu menghibur, ketika para pemain melakoni perannya penuh daya alir tanpa beban seibarat air.

Tampilan Kelima dibidani Ki Ompong Sudarsono dengan naskahnya “Ya Gitu Deh.” Sebuah pementasan lewat bahasa-bahasa simbol pewayangan yang cukup menarik penonton ke dalam nuansa sublim walau dengan ritme sedikit pelan, tapi tetap terasa spontan mengalir. Penampilan Keenam dibina oleh sesepuh Teater Tobong, Dody Yan Masfa dengan naskah berjudul “Orang Angan.” Penampilannya membawa penonton kian dalam lagi memahami gerak aktor, karena sebelumnya sudah disuguhkan pertunjukan yang banyak memakai konsep teater tubuh, maka perpaduan tubuh beserta dialog kian menusuk dalam ke alam bawah sadar yang menceritakan perihal kehidupan.

Setelah pementasan dari Enam Kelompok yang diikuti para peserta kemah budaya, diakhiri sarasehan atau evaluasi dari hasil workshop yang sudah dilangsungkan. Secara keseluruhan, memandang perhelatan KBP pertama kali ini saya berani berkata sudah berhasil! Maka kepada semua pelaku, pecinta, pemerhati seni-budaya di Lamongan dan Gresik khususnya, pula Jawa Timur pada umumnya. Saya ucapkan selamat! Semoga spirit ini tetap terjaga demi membangun kesadaran budaya bangsa.
***

*) Senimal asal Bandung, penggagas Teater Vanderwijck Syuro Indonesia, bermukim di Desa Payaman, Solokuro, Lamongan, JaTim.
http://sastra-indonesia.com/2019/12/kemah-budaya-pantura-kbp-se-jawa-timur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi