Anindita S Thayf
Majalah Tempo, 15/12/2018
Era milenial melahirkan banyak istilah baru. Dua antaranya adalah “begal bokong” dan “begal payudara”. Sudah tepatkah istilah ini?
Sudah bertahun-tahun lamanya kata “begal” tidak terdengar. Kata ini seolah ditenggelamkan oleh “maling” dan “rampok”. Berbeda dari kata “kecu” yang sepertinya telah terlupakan, “begal” tiba-tiba saja muncul seiring maraknya aksi perampasan sepeda motor. Aksi ini sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan karena selain sepeda motor, nyawa pemiliknya turut pula dirampas.
Yang membedakan begal dari rampok dan maling adalah wilayah operasinya. Jika rampok dan maling beroperasi di dalam rumah, toko atau tempat tertutup lain, begal justru sebaliknya. Pada zaman dahulu begal beraksi di tengah hutan. Namun, modernisasi telah melenyapkan hutan, menggantinya dengan jalan beraspal. Begal pun berpindah wilayah operasi. Korbannya kini orang-orang yang kebetulan sendirian di jalanan sepi. Bila penjambret lebih suka merampas perhiasan, dompet, atau telepon sesuler, begal memilih sepeda motor. Begal juga beraksi secara nekat dan terang-terangan: merampas sepeda motor dari pemiliknya di tengah jalan.
Sehubungan dengan laku semacam ini, bahasa Indonesia memiliki kosakata yang beragam. Tiap kosakata berusaha mewakili satu jenis perampasan. Umpamanya, pencuri kecil-kecilan disebut "maling". Pencuri kelas kakap disebut "rampok". Untuk menamai pelaku perampasan yang terjadi di jalanan, muncullah "penjambret" dan "begal". Adapun untuk pencurian yang dilakukan oleh kalangan tertentu, seperti pejabat, bahasa Indonesia memiliki kosakatanya sendiri, yaitu "korupsi", sementara pelakunya disebut "koruptor".
Bersama-sama koruptor, kini begal tengah merajalela. Khusus untuk begal, tidak lagi hanya sepeda motor yang diincarnya, melainkan juga bagian tubuh perempuan. Kaum perempuan yang menjadi korban biasanya tengah mengendarai sepeda motor atau berjalan kaki. Payudara atau bokong korban tiba-tiba diremas oleh pelaku. Pelecehan seksual ini lantas melahirkan istilah “begal bokong” dan “begal payudara”.
Bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, begal adalah penyamun yang berarti "orang yang menyamun, perampok, perampas”. Aksi ini berhubungan dengan mengambil sesuatu secara paksa dari pemiliknya. Dengan demikian, istilah “begal bokong” dan “begal payudara” tidak tepat sebab tidak ada perampasan. Si pemilik payudara atau bokong tidak mengalami kehilangan bagian tubuhnya.
Penggunaan istilah yang tidak tepat ini jelas berdampak pada korban. Aksi tersebut bukan perampasan, melainkan pelecehan seksual atau perundungan seksual. Dalam kasus perampasan, barang yang telah dirampas mungkin saja bisa dikembalikan atau diganti dengan yang baru. Namun, dalam kasus perundungan seksual, hal serupa tidak berlaku. Korban harus menangggung suatu kehilangan yang tidak tergantikan, yaitu harga diri. Jejak pelecehan yang dialami korban juga tidak akan terhapus, bahkan meski pelaku telah dihukum.
Selain itu, penyebutan aksi perundungan seksual sebagai sekadar “begal bokong” atau “begal payudara” menunjukkan rendahnya tingkat kepekaan masyarakat. Juga semakin mengukuhkan pandangan publik bahwa perempuan sama dengan barang. Sebagai barang, bokong dan payudara perempuan dianggap bisa saja dirampas meskipun kenyataannya tidak demikian.
Obyektifikasi tubuh perempuan memang sudah terjadi sejak lama. Pelacuran merekam jejak jual-beli tubuh perempuan yang sangat panjang hingga hari ini. Perempuan-perempuan malang dipajang dalam etalase untuk dipilih oleh lelaki yang berminat pada tubuhnya. Itulah sebabnya istilah pelacur hanya diperuntukkan bagi perempuan, bukan laki-laki. Istilah ini ada untuk mengukuhkan pola pandang patriarkal bahwa tubuh perempuan adalah obyek.
Gejala obyektifikasi tubuh perempuan dalam penggunaan istilah/bahasa menunjukkan masih adanya bias gender dalam masyarakat kita. Sebagai bagian dari masyarakat, media massa mestinya tidak ikut menyuburkan istilah-istilah yang mendiskreditkan perempuan. Adapun sebagai panduan dalam berbahasa, media massa hendaknya memberikan contoh yang positif kepada masyarakat.
Sudah semestinya istilah “begal bokong” dan “begal payudara” diganti dengan istilah lain yang lebih tepat. Ini untuk menghindari obyektifikasi tubuh perempuan, juga agar lebih jelas bahwa aksi kejahatan tersebut adalah tindakan perundungan seksual. Dengan demikian, hukuman yang diberikan kepada pelaku sudah seharusnya berbeda. Juga cara memperlakukan korban, terutama oleh media massa. Sebagai korban yang menanggung luka psikis, perlakukanlah mereka secara lebih manusiawi, termasuk dalam berbahasa.***
*Novelis dan esais
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10205920442168396
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Senin, 25 November 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Kirno Tanda
A.C. Andre Tanama
A.D. Pirous
A.S. Laksana
Abdillah M Marzuqi
Abdul Ajis
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abu Nisrina
Adhi Pandoyo
Adib Muttaqin Asfar
Adreas Anggit W.
Afnan Malay
Agama Para Bajingan
Agung Kurniawan
Agung WHS
Agus B. Harianto
Agus Dermawan T
Agus Hernawan
Agus Mulyadi
Agus R. Subagyo
Agus Sigit
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Aguslia Hidayah
AH J Khuzaini
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Alim Bakhtiar
Alur Alun Tanjidor
Amang Rahman Jubair
Amien Kamil
Amri Yahya
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
Andong Buku
Andong Buku #3
Andong Buku 3
Andry Deblenk
Anindita S Thayf
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Adrian
Anton Kurnia
Anwar Holid
Ardhabilly
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arti Bumi Intaran
Ary B Prass
Aryo Wisanggeni G
AS Sumbawi
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Ayu Sulistyowati
Bambang Bujono
Bambang Soebendo
Bambang Thelo
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Basoeki Abdullah
Basuki Ratna K
BE Satrio
Beni Setia
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Brunel University London
Buku Kritik Sastra
Bustan Basir Maras
Candrakirana KOSTELA
Catatan
Cover Buku
Dahlan Kong
Daniel Paranamesa
Dari Lisan ke Lisan
Darju Prasetya
Debat Panjang Polemik Sains di Facebook
Dedy Sufriadi
Dedykalee
Denny JA
Desy Susilawati
Di Balik Semak Pitutur Jawa
Dian Sukarno
Dian Yuliastuti
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dipo Handoko
Disbudpar
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwin Gideon
Edo Adityo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Esai
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Faidil Akbar
Faizalbnu
Fatah Yasin Noor
Festival Teater Religi
Forum Lingkar Pena Lamongan
Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L)
Forum Santri Nasional
Franz Kafka
Galeri Sonobudoyo
Gatot Widodo
Goenawan Mohamad
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Hans Pols
Hardjito
Haris Saputra
Harjiman
Harryadjie BS
Hendra Sofyan
Hendri Yetus Siswono
Hendro Wiyanto
Heri Kris
Herman Syahara
Heru Emka
Heru Kuntoyo
htanzil
I Wayan Seriyoga Parta
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indigo Art Space
Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta
Intan Ungaling Dian
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Jajang R Kawentar
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jonathan Ziberg
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jual Buku Paket Hemat 23
Jumartono
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Karikatur Hitam-Putih
Karikatur Pensil Warna
Kartika Foundation
Kemah Budaya Pantura (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto
Koktail
Komik
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Koskow
Koskow (FX. Widyatmoko)
KOSTELA
Kris Monika E
Kyai Sahal Mahfudz
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Shitaresmi
Leo Tolstoy
Literasa Donuts
Lords of the Bow
Luhung Sapto
Lukas Luwarso
Lukisan
M Anta Kusuma
M. Ilham S
M. Yoesoef
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoenomo
Mas Dibyo
Mashuri
Massayu
Masuki M Astro
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Moch. Faisol
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moses Misdy
Muhajir
Muhammad Antakusuma
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Yasir
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musdalifah Fachri
Ndix Endik
Nelson Alwi
Nietzsche
Noor H. Dee
Novel Pekik
Nung Bonham
Nurel Javissyarqi
Nurul Hadi Koclok
Nuryana Asmaudi SA
Obrolan
Octavio Paz
Oil on Canvas
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Pameran Lukisan
Pasar Seni Indonesia
Pasar Seni Lukis Indonesia
PC. Lesbumi NU Babat
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Harjiman
Pelukis Saron
Pelukis Sugeng Ariyadi
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Penerbit PUstaka puJAngga
Penerbit SastraSewu
Pesta Malang Sejuta Buku 2014
Proses kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
R Ridwan Hasan Saputra
Rabdul Rohim
Rahasia Literasi
Rakai Lukman
Rambuana
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rudi Isbandi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rumoh Projects
S. Yadi K
Sabrank Suparno
Saham Sugiono
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sapto Hoedojo
Sastra
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra ke #24
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Rupa
Septi Sutrisna
Seraphina
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sketsa
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Srihadi Soedarsono
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sunu Wasono
Susiyo Guntur
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno SZ
Syifa Amori
Tammalele
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
TANETE
Tarmuzie
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan Pinang
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Toto Nugroho
Tri Andhi S
Tri Moeljo
Triyono
Tu-ngang Iskandar
Tulus Rahadi
Tulus S
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Vincent van Gogh
Vini Mariyane Rosya
W.S. Rendra
Wachid Duhri Syamroni
Wahyudin
Warung Boenga Ketjil
Wasito
Wawancara
Wayan Sunarta
William Bradley Horton
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yunisa
Zawawi Se
Zulfian Hariyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar