Senin, 25 November 2019

BEGAL BOKONG

Anindita S Thayf
Majalah Tempo, 15/12/2018

Era milenial melahirkan banyak istilah baru. Dua antaranya adalah “begal bokong” dan “begal payudara”. Sudah tepatkah istilah ini?

Sudah bertahun-tahun lamanya kata “begal” tidak terdengar. Kata ini seolah ditenggelamkan oleh “maling” dan “rampok”. Berbeda dari kata “kecu” yang sepertinya telah terlupakan, “begal” tiba-tiba saja muncul seiring maraknya aksi perampasan sepeda motor. Aksi ini sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan karena selain sepeda motor, nyawa pemiliknya turut pula dirampas.

Yang membedakan begal dari rampok dan maling adalah wilayah operasinya. Jika rampok dan maling beroperasi di dalam rumah, toko atau tempat tertutup lain, begal justru sebaliknya. Pada zaman dahulu begal beraksi di tengah hutan. Namun, modernisasi telah melenyapkan hutan, menggantinya dengan jalan beraspal. Begal pun berpindah wilayah operasi. Korbannya kini orang-orang yang kebetulan sendirian di jalanan sepi. Bila penjambret lebih suka merampas perhiasan, dompet, atau telepon sesuler, begal memilih sepeda motor. Begal juga beraksi secara nekat dan terang-terangan: merampas sepeda motor dari pemiliknya di tengah jalan.

Sehubungan dengan laku semacam ini, bahasa Indonesia memiliki kosakata yang beragam. Tiap kosakata berusaha mewakili satu jenis perampasan. Umpamanya, pencuri kecil-kecilan disebut "maling". Pencuri kelas kakap disebut "rampok". Untuk menamai pelaku perampasan yang terjadi di jalanan, muncullah "penjambret" dan "begal". Adapun untuk pencurian yang dilakukan oleh kalangan tertentu, seperti pejabat, bahasa Indonesia memiliki kosakatanya sendiri, yaitu "korupsi", sementara pelakunya disebut "koruptor".

Bersama-sama koruptor, kini begal tengah merajalela. Khusus untuk begal, tidak lagi hanya sepeda motor yang diincarnya, melainkan juga bagian tubuh perempuan. Kaum perempuan yang menjadi korban biasanya tengah mengendarai sepeda motor atau berjalan kaki. Payudara atau bokong korban tiba-tiba diremas oleh pelaku. Pelecehan seksual ini lantas melahirkan istilah “begal bokong” dan “begal payudara”.

Bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, begal adalah penyamun yang berarti "orang yang menyamun, perampok, perampas”. Aksi ini berhubungan dengan mengambil sesuatu secara paksa dari pemiliknya. Dengan demikian, istilah “begal bokong” dan “begal payudara” tidak tepat sebab tidak ada perampasan. Si pemilik payudara atau bokong tidak mengalami kehilangan bagian tubuhnya.

Penggunaan istilah yang tidak tepat ini jelas berdampak pada korban. Aksi tersebut bukan perampasan, melainkan pelecehan seksual atau perundungan seksual. Dalam kasus perampasan, barang yang telah dirampas mungkin saja bisa dikembalikan atau diganti dengan yang baru. Namun, dalam kasus perundungan seksual, hal serupa tidak berlaku. Korban harus menangggung suatu kehilangan yang tidak tergantikan, yaitu harga diri. Jejak pelecehan yang dialami korban juga tidak akan terhapus, bahkan meski pelaku telah dihukum.

Selain itu, penyebutan aksi perundungan seksual sebagai sekadar “begal bokong” atau “begal payudara” menunjukkan rendahnya tingkat kepekaan masyarakat. Juga semakin mengukuhkan pandangan publik bahwa perempuan sama dengan barang. Sebagai barang, bokong dan payudara perempuan dianggap bisa saja dirampas meskipun kenyataannya tidak demikian.

Obyektifikasi tubuh perempuan memang sudah terjadi sejak lama. Pelacuran merekam jejak jual-beli tubuh perempuan yang sangat panjang hingga hari ini. Perempuan-perempuan malang dipajang dalam etalase untuk dipilih oleh lelaki yang berminat pada tubuhnya. Itulah sebabnya istilah pelacur hanya diperuntukkan bagi perempuan, bukan laki-laki. Istilah ini ada untuk mengukuhkan pola pandang patriarkal bahwa tubuh perempuan adalah obyek.

Gejala obyektifikasi tubuh perempuan dalam penggunaan istilah/bahasa menunjukkan masih adanya bias gender dalam masyarakat kita. Sebagai bagian dari masyarakat, media massa mestinya tidak ikut menyuburkan istilah-istilah yang mendiskreditkan perempuan. Adapun sebagai panduan dalam berbahasa, media massa hendaknya memberikan contoh yang positif kepada masyarakat.

Sudah semestinya istilah “begal bokong” dan “begal payudara” diganti dengan istilah lain yang lebih tepat. Ini untuk menghindari obyektifikasi tubuh perempuan, juga agar lebih jelas bahwa aksi kejahatan tersebut adalah tindakan perundungan seksual. Dengan demikian, hukuman yang diberikan kepada pelaku sudah seharusnya berbeda. Juga cara memperlakukan korban, terutama oleh media massa. Sebagai korban yang menanggung luka psikis, perlakukanlah mereka secara lebih manusiawi, termasuk dalam berbahasa.***

*Novelis dan esais
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10205920442168396

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi