Sejak usia muda dia sudah mengakrabi dunia kesenian utamanya senirupa. Kegemarannya melukis telah membawanya menjadi pelukis yang diperhitungkan di kancah senirupa Indonesia bahkan manca negara. Padahal Moses tidak pernah sedikit pun mengenyam pendidikan formal di sekolah senirupa. Tapi kualitas, teknik, dan goresannya telah melampaui para pelukis lulusan akademi/sekolah tinggi senirupa.
Di Indonesia, nama Moses tercatat sebagai salah satu
pelopor yang mengenalkan teknik palet dalam melukis, yaitu tidak menggunakan
kuas melainkan pisau palet. Kekhasan dari teknik ini, penikmat lukisan seperti
disuguhkan lukisan tiga dimensi, di mana dalam lukisan itu terdapat tonjolan
serupa relief yang dioleskan dengan pisau palet. Moses mengawali debutnya
sebagai pelukis saat mengadakan pameran tunggal di Kualalumpur, Malaysia, tahun
1969.
Setelah itu,
berturut dia berpameran di Darwin, Perth, Casuarina (Australia), hingga Bangkok
hanya dengan bermodalkan 5 dollar. Tahun 2000, Moses membangun Mozes Misdy
Museum & Art Gallery, di tanah kelahirannya, Banyuwangi yang difungsikan
sebagai wahana pengkajian dan tempat pameran bagi para pelukis muda.
Ketokohannya di kancah senirupa Indonesia telah menginspirasi banyak pihak.
Moses dianggap sebagai maestro seni lukis.
Salah satu pengagumnya, pelukis Retno Nagayomi
(Surabaya), bahkan menulis buku tentang Moses Misdy berjudul Mozes Misdy,
Ekspresionisme of Mozes in Unity yang terinspirasi dari pameran yang
diselenggarakan di gedung Kementerian Pekerjaan Umum (2012).
https://id.wikipedia.org/wiki/Moses_Misdy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar