Senin, 30 April 2018

Tu-ngang Iskandar Dalam Jejak Seniman Muda Aceh


Dedykalee
Aceharts Yogyakarta

Gerakan seni Aceh di Yogyakarta membawanya dalam sebuah realita estetis. Berbagai empiris hadir membangkitkan jiwa-jiwa mati. Konflik yang berkecamuk pun tak menyurutkan niatnya  berjuang, menggoreskan tintanya di kanvas. Kiprahnya-pun wajib diperhitungkan.

Lahir di Leubok Ruseb, salah satu Gampong di pedalaman Aceh Utara pada 31 Desember 1984 dengan nama asli Iskandar Ishak. Hobi melukis dan cita-cita menjadi seniman adalah impiannya sejak dari Madrasah Ibtidaiyah.

Semasa konflik kembali berkecamuk di Aceh, Tu-ngang yang saat itu baru memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah salah satu orang yang aktif merekam wajah dari konflik yang terjadi melalui gambar, baik pada kertas maupun pada dinding sekolah. Salah satu yang menjadi kesukaannya adalah menggambar suasana, yaitu pertempuran antara pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan suasana pengungsian. Namun semua itu sangat disayangkan Tu-ngang Iskandar, karena gambar-gambar yang didokumentasikan tersebut terpaksa harus dibakar oleh orang tuanya saat terjadi pengepungan markas GAM tidak jauh dari rumahnya yang hampir mengorbankan nyawa dari Tu-ngang Iskandar. Pengepungan yang terjadi tersebut, walaupun sebagai tragedi, adalah juga babak baru dalam perjalanan Tu-ngang Iskandar, karena beberapa hari setelah kejadian tersebut, dia dibawa oleh kakak pertamanya ke Kota Lhokseumawe agar menjauh dari pusaran konflik dan agar bisa melanjutkan sekolah menengahnya disana.

SMK Negeri 4 Lhokseumawe jurusan kriya adalah tempat awal dimana Tu-ngang Iskandar bersentuhan langsung dengan pendidikan seni, tepatnya di tahun 2001. Jurusan kriya dipilihnya karena memiliki pelajaran yang memadai tentang seni rupa. Perkenalan ini pun tidak sia-sia, sebagai wujud dari totalitasnya belajar dan berkarya, Tugas Akhir Tu-ngang Iskandar berupa seni kriya pun dinobatkan sebagai  karya terbaik, sebelum akhirnya dia dipilih untuk mewakili Aceh Utara pada lomba melukis tingkat Provinsi di Banda Aceh pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) Tahun 2004. Tidak pun tertarik pada pengumuman pemenang lomba tersebut karena merasa keterwakilannya untuk membawa nama baik Aceh Utara tidak diperhitungkan, akhirnya dia pun memisahkan diri dari kontingen dan kembali ke Lhokseumawe.

Selang beberapa hari kemudian, pada pertengahan 2004, sebelum tsunami melanda Aceh. Dia pun hijrah ke Yogyakarta untuk mengejar cita-citanya menjadi pelukis. Sempat mengecap pendidikan Diploma pada Politeknik Seni Yogyakarta (POLISENI) untuk jurusan Desain Komunikasi Visual, dan Pada Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk Program Peningkatan Kemampuan Mengajar (PPKM), sebelum akhirnya pada tahun 2009 melanjutkan Program Sarjana pada Fakultas Seni Rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Sekarang, selain aktif melukis, menjadi konsultan desain, mengikuti pameran di berbagai kota di Indonesia, dan menjadi anggota pada komunitas Diskom Drawing Foundation (DDF) di Yogyakarta, kegiatan yang paling menarik minatnya adalah mempengaruhi anak muda yang ia temui untuk bersikap kritis dan memiliki semangat yang tinggi dalam belajar, berorganisasi dan terus mewujudkan cita-citanya.

Sebagai pemuda yang bersentuhan langsung dengan konflik Aceh, Tu-ngang Iskandar paham betul tentang bentuk dari sebuah kehancuran, terutama pada dunia kesenian. Untuk itulah, sebagai sikap kecintaannya terhadap Aceh, pada tahun 2008 bersama beberapa sahabatnya mendirikan Komunitas Seniman Perantauan Atjeh (SePAt), yaitu salah satu komunitas untuk menciptakan seniman, apresiator seni, untuk menghapus trauma akibat konflik dan tsunami, mempromosikan seni Aceh, dan membangun mental yang sehat masyarakat Aceh di perantauan. Sebagai organisasi lintas kota yang telah sukses mengadakan berbagai Acara besar tahunan seperti Balee Seni dan Art-jeh Night, SePAt hendak mengorganisir para pelaku seni dan aktivitas seni luar Aceh untuk bersatu membangun Aceh dari luar.

Tu-ngang Syndicate (TS) yang merupakan ruang presentasi karya dan diskusi lintas wacana dibangunnya kemudian bersama beberapa diaspora Aceh, untuk memberikan bahan-bahan berkualitas yang ada di sekelilingnya dalam melatih kecerdasan berfikir dan sikap kritis calon intelektual muda yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta.

Bermacam acara pernah diadakan Tu-ngang Syndicate (TS), seperti diskusi "otakku damai dan merdeka" dalam memperingati hari perjanjian damai Aceh dan kemerdekaan Indonesia, kajian budaya Aceh bersama seniman Aceh di Yogyakarta, malam penggalangan dana untuk korban banjir Pidie, Rembuk Mahasiswa Aceh Nusantara (REMAN), diskusi tentang konflik di Thailand yang menghadirkan komunitas Fatani di Yogyakarta, diskusi bertemakan "problematika punk di Aceh" yang menghadirkan komunitas "Punk" Yogyakarta, diskusi untuk kemanusiaan yang menghadirkan komunitas Papua di Yogyakarta, diskusi "sejarah dan sastra" yang menghadirkan penulis buku Samudera Pasai Putra Gara, dan diskusi tentang "motif hias dan kaligrafi pada batu jirat komplek pemakaman raja-raja Pasai" dengan pemateri Dedy Kalee, peneliti batu nisan pada Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH).

Dalam kesehariannya, "Tungang", begitu dia disapa. mengenai nama ini, Tu-ngang menjelaskan "itu hanya nama untuk menggambarkan jiwa keberanian dan pemberontakan, untuk menuju kreatifitas, bukan kenakalan moral" ungkapnya seriaus.

Namun pada dasarnya seniman berambut gondrong yang sangat tertarik pada ilmu semiotika ini sangat jarang mau diajak bicara serius, terutama mengenai hal-hal yang menurutnya hanya pantas ditertawakan. hal ini karena selera humornya yang suka meledak-ledak. ***

Tu-ngang Iskandar
http://tunganginstitute.blogspot.co.id/2013/10/tu-ngang-iskandar-dalam-jejak-seniman.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi