Jumat, 22 September 2017

Diseleksi Ya?

A.C. Andre Tanama
kompasiana.com

#tuangkopihitam

Pameran perdana mahasiswa jurusan seni murni ISI Yogyakarta angkatan 2014 ini mengusung tema ‘Disleksia’. Disleksia kerap diartikan sebagai kesulitan membaca/ memahami bahasa. Dalam buku Memahami Otak (2003) dikatakan oleh Dr. Atie Wardiman Djojonegoro, Ketua Yayasan Pantara, bahwa sebenarnya ada pula problem kesulitan belajar yang lain seperti kesulitan berbahasa oral (disfasia), kesulitan menghitung (diskalkuli), dan kesulitan menulis (disfasia). Orang biasanya menyamaratakan sebagai disleksia. Istilah disleksia barangkali tak asing bagi orang yang mendalami bidang psikologi dan praktisi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan khusus. Namun bagi saya yang tak mendalami bidang itu sesungguhnya saya kesulitan menulis. Hmmm... semoga saja ini bukan gejala disfasia atau disleksia!

Ketika mendengar tema pameran ini, pikiran saya terbang melayang pada sosok Ishaan Awasthi dan Aamir Khan dalam film Taare Zameen Par (2007). Bukan lantaran wajah gantengnya Amir Khan yang menandingi kegantengan saya, tapi karena film ini menceritakan tentang anak disleksia bernama Ishaan yang mengalami depresi. Berkat dukungan dan bantuan dari guru seni di sekolahnya (satu-satunya guru yang peduli pada kondisi Ishaan), akhirnya Ishaan bisa belajar menulis, membaca, dan berhitung. Salah satu hal yang menarik bagi pelaku dan pecinta seni, di babak terakhir film yang menyentuh perasaan ini, Ishaan secara luar biasa mampu menunjukkan kemampuan melukis dan berhasil memenangkan kompetisi lukis. Baiklah, Ishaan... akan kuundang dirimu besok di Pameran Dies Mortalis ISI 2016, hahaa!

#sumetkretek

Kawan-kawan Seni Murni Angkatan 2014 dalam pameran ini berupaya memunculkan pemikiran untuk mengangkat Disleksia sebagai suatu kelebihan, bukan sebagai kekurangan. Para perupa muda di sini berusaha menciptakan karya dengan metode yang mengadopsi cara atau sudut pandang orang disleksia. Sampai di sini saya mencoba membagikan bahan perenungan yang pada gilirannya dapat menjadi obrolan hangat sambil wedangan di kantin.

#menghisapkretek

Karya-karya Pameran “Disleksia” seyogyanya perlu dis(e)leksi(ya)!

Kenapa demikian? Pengertian disleksia yang saya baca dari buku Memahami Otak, disleksia merupakan gangguan pada kemampuan belajar, bisa disebabkan oleh abnormalitas daerah otak yang terlibat dalam proses belajar keterampilan baru. Kebanyakan penelitian mengenai disleksia difokuskan pada pusat bahasa di otak atau cerebral cortex, karena penderita umumnya mengalami kesulitan belajar membaca dan menulis. Perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa, dan juga daya sensorik indera perasa juga bisa terpengaruh. Berdasarkan pengertian tersebut kita dapat menggarisbawahi mengenai tema yang diangkat oleh teman-teman seni murni angkatan 2014, bahwa disleksia tidak pula berpengaruh pada kemampuan melukis. Sebenarnya ada sedikit kerancuan yang saya pikirkan antara korelasi membaca sesungguhnya –alfabet–  dengan kemampuan membaca seseorang terhadap karya seni.

Pertama-tama, saya akan merubah diri saya menjadi seorang disleksia terlebih dahulu. Pada kasus orang yang mengalami disleksia mereka akan cenderung merasakan tekanan sosial jika lingkungan sekitarnya tak memahami, karena kemampuan seseorang terhadap membaca dan menulis adalah hal dianggap yang mendasar (penting). Ilmu membaca (alfabet/ kata/ kalimat) adalah ilmu pasti yang tidak bisa disamakan dengan naluri membaca suatu karya seni visual. Hal tersebut dibedakan karena membaca bertujuan untuk menyampaikan informasi/ berkomunikasi. Tidak jarang seniman menyampaikan tulisan mengenai penjelasan karyanya karena ketidakmampuan seseorang secara pasti dalam mengartikan karya seni rupa. Nah... bayangkan jika kemampuan membaca tersebut memberikan pengertian yang berbeda terhadap makna karya seni itu sendiri.

Kedua, saya akan menjelma diri saya menjadi seorang seniman. Bagi seorang seniman, kebebasan berkarya lebih menjadi hal pokok dalam mencapai kepuasan batinnya. Tidak sedikit para seniman yang tidak mempermasalahkan ketidakmampuan seseorang dalam membaca karya, karena berkaitan dengan ilmu dan pengalaman manusia berinteraksi dengan karya seni berbeda-beda. Sifatnya akan lebih relatif karena berkaitan dengan selera. Tidak hanya itu, seorang seniman tidak harus mengikuti aturan secara pasti dalam berkarya. Mereka secara intuitif berkarya, dan memang disarankan melahirkan karya yang “nakal”, yang berbeda, yang aneh, dan yang unik. Baik secara wacana maupun secara visual. Dari sini saja kita sudah melihat perbedaannya. Penciptaan karya seni tidak terdesak dengan kondisi kewajiban seperti para penderita disleksia membaca huruf b menjadi d, pun kaitannya dengan tekanan sosial yang dihadapinya.

Ketiga, saya bertransformasi menjadi dosen. Akan sangat baik jika para peserta pameran kali ini meriset dengan saksama mengenai disleksia, baik dalam ranah berkesenian maupun dalam lingkup sosial. Karena sesungguhnya dalam proses kreasi, melukis itu adalah meneliti dan bereksperimen. Seperti pemikiran yang diungkapkan oleh Picasso: “Saya tidak pernah melukis sebagai suatu karya seni. Kesemuanya merupakan penelitian. Saya mencari terus-menerus, dan saya dapatkan suatu susunan yang logis dalam semua penelitian ini.” (Damajanti, 2006: 77). Dalam ranah berkesenian, tidak mudah menghasilkan karya seperti para penderita disleksia kecuali mereka yang mengalami disleksia. Satu hal lagi, kemampuan disleksia tidak menjamin penderita tidak menghasilkan karya yang luar biasa. Buktinya, Agatha Christie, Albert Einstein, Leonardo da Vinci, Auguste Rodin, juga Nelson Rockefeller, yang diakui di dunia sebagai orang-orang hebat pada bidangnya masing-masing, tercatat sebagai orang disleksia (Bintarti, dalam Taugada (ed.), 2003: 227).

#sruputanakhirkopihitam

Terlepas dari lanturan saya di atas, pameran perdana mahasiswa jurusan seni murni ISI Yogyakarta angkatan 2014 ini layak untuk diapresiasi, karena berniat baik untuk membagikan pemikirannya melalui karya-karya seni. Terlebih dengan tema ‘disleksia’ yang menurut saya cukup menantang. Selain ucapan selamat dan proficiat saya haturkan pada kalian semua, saya menaruh harapan semoga saja ada satu di antara kalian yang mau meneruskan tema ini dalam proses berkarya selanjutnya. Sukses atas pameran perdana ini, terus berkarya!

Salam budaya
AC Andre Tanama

Tulisan ini ditulis di Sewon, 17 September 2015
Tulisan pernah digunakan sebagai pengantar katalog Pameran Disleksia
tanggal 26 -28 September 2015 di Jogja National Museum

TEMAN BACAAN
Bintarti, Retno. “Banyak Orang Mengalami Disleksia, yang Penting Penanganannya”, Memahami Otak, ed.Jadmya Taugada. Jakarta: Penerbit Kompas, 2003.
Damajanti, Irma. Psikologi Seni. Bandung: Kiblat, 2006.
http://www.kompasiana.com/tanama/diseleksi-ya_573c8deb349773570909f864

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi