Kamis, 14 Januari 2021

Ladang Jiwa Laksmi Shitaresmi

A. Anzieb
 
Pameran ini dipersiapkan dalam kondisi yang tak mudah bagi Laksmi Shitaresmi. Perupa kelahiran Yogyakarta, 9 Mei 1974 ini mesti pandai-pandai membagi waktu – satu sisi ia harus mengerjakan “sesuatu” yang ada di sebelah kanan, disaat yang sama ia juga harus mengerjakan “sesuatu” yang ada di sebelah kirinya, memikirkan sesuatu yang menggumpal dalam kepalanya, meninggalkan jauh hal-hal di belakang dan terus menatap menjalani apa yang ada di depannya. Sebagai ibu, ia harus merawat beberapa anaknya yang masih kecil; sebagai perupa ia juga harus tetap menggambar, melukis (dan membuat patung) untuk artistik karya seninya, “eksistensi” sekaligus tumpuan hidupnya; dan sebagai single parent ia juga mesti memikirkan masa depan anak-anaknya; sebagai manusia ia tetap harus bisa memanusiakan yang lain.
 
Pada pameran tunggalnya ini, Laksmi Shitaresmi yang telah memiliki empat anak (semuanya perempuan) hanya ingin memamerkan karya-karya gambar (semacam sketsa) yang dikombinasi drawing menggunakan media tinta cina di atas kertas. Ada sekitar 20 karya gambar-sketsa berukuran A3 yang dikerjakan secara spontan saja (tidak seperti karya-karya drawing lain/sebelumnya penuh arsiran-arsiran mendetail). Lewat gambar-sketsa ini pula, Laksmi seakan sedang ingin membahasakan sepotong pengalaman hidupnya lewat garis.
 
Maka, kita akan menyaksikan serangkaian “pengalaman tubuh” yang dipaksa mengkonsumsi simbol pada keseluruhan karyanya. Tubuh-tubuh itu mewakili Laksmi sendiri (Laksmi sebagai perempuan, ibu, sekaligus “kepala” keluarga). Karena itu, pada setiap lembar gambarnya selalu hadir idiom kepala berwajah dirinya dengan berbagai pose, sorotan mata yang berbeda-beda dan seterusnya. Selain itu, hadir juga tubuh “yang lain” (seperti stilisasi tubuh binatang: ada gurita, tikus, burung dan lain-lain) sebagai satu kesatuan dari subject-matter karyanya. Di saat yang sama kita juga akan mendapati bagian tubuh tertentu ada yang nampak normal-normal saja, tapi dibagian yang lain kita juga masih dipaksa menyaksikan penampakan tubuh yang cenderung “ganjil”, tidak utuh.
 
Misalnya, pada titik garis yang menggambarkan tangan kanan maupun kiri hampir semuanya bercabang membentuk seperti sulur-sulur. Pada sulur-sulur itu, sebagian daunnya ada menyerupai kepala manusia, bahkan kita akan menduga ada yang menyerupai makhluk “asing”. Sulur-sulur secara arkaik bisa dimetaforkan sebagai gambaran hidup atau dinamika kehidupan yang kompleks. Atau, pada karya lainnya ada juluran tangan bercabang membentuk rupa kepala manusia dalam keadaan terbalik, menjerit, dan pada bagian telinganya mengeluarkan selongsong kaki. Gambaran ini hendak menegaskan bahwa jalan hidup yang sedang ia lalui ibaratnya harus rela jungkir balik, kepala di bawah dan kaki di atas – adalah gambaran hidup manusia yang harus kerja keras tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal waktu, tanpa mengenal apapun dan seterusnya.
 
Tapi, saya berkeyakinan bahwa tubuh-tubuh dan simbol pada keseluruhan karya Laksmi memiliki nama dan nyata, termasuk gambaran-gambaran tubuh yang sulit kita kenali, atau cenderung “asing”. Apalagi, pada keseluruhan gambar-sketsanya kita menjumpai banyak gesture kultural, ada gerak, ada filosofi Jawa, ada sulur-sulur, ada ladang, ada daun, ada cakra, ada panah, ada batang, ada mata tumbak, ada dunia mistik, dongeng, mitologi, ada kenyataan, ada peristiwa kesedihan, ada jiwa dan lain-lain.
 
Dalam konteks ini, Laksmi bisa tanpa beban menggambarkan dirinya, hidupnya, bebannya, angan-angan, mimpinya, cita-cita – dan, pada saat yang sama sebagian besar tubuh yang merupakan sosoknya sendiri itu hadir tanpa gravitasi, ia melayang menuju ruang yang “entah”, seakan mau mengatakan jiwanya tidak ingin terkurung seperti jiwa-jiwa burung yang pasrah dalam sangkar.
 
Bukankah hidup manusia adalah “perjalanan” yang dilakukan secara bertahap, bersama kesulitan-kesulitan bercampur dengan penderitaan sekaligus kesenangan dalam pengembaraan di jalan yang panjang menuju ladang jiwa? Saya kira kesadaran ini lah yang sesungguhnya sedang Laksmi alami, ingin ia raih, ingin ia tuju untuk mendapatkan spirit (daya hidup) yang holistik.
 
Gunungtirto, 28 Desember 2020





LAKSMI SHITARESMI, lahir di Yogyakarta, 9 Mei 1974. Pendidikan: 1999 – S-1 FSRD ISI Yogyakarta. Pameran tunggal: 1999 – Pameran Lukisan Tunggal “Bahasa Lukis sebagai Terapi” Lembaga Indonesia Perancis, Yogyakarta / 2002 – Pameran Lukisan tunggal “Daun Pada Dada” Kupu-Kupu Art Gallery, Jakarta / 2004 – Pameran Lukisan Tunggal “Dunia Laksmi” Bentara Budaya, Jakarta / 2006 – Pameran lukisan Tunggal “My Life” di CSIS, Jakarta / 2007 – Pameran Lukisan Karya Tunggal di Gedung Gading Indah, Jakarta. Pameran bersama: 2005 – Pameran Lukisan “ Taboo and Transgression in Contemporary Indonesian Art” Herbert F Johnson in Museum of Art, Cornell University, Ithaca New York USA / 2006 – Pameran Lukisan Biennale Jakarta “ Beyond The Limits and It’s Challenges” Galeri Nasional, Jakarta / 2007 – Pameran Lukisan 5 kota “ Beautiful Death “ Bentara Budaya Jogja, Jakarta, Surabaya, Malang, Bali. Penghargaan: 1988 – Medali Emas sebagai Karya Lukis Terpilih dari Jepang dalam Pameran Lukisan Indonesia – Jepang di Tokyo / 1989 – Medali LIDICKA RUZE sebagai Karya Lukis Terbaik di Cekoslovakia; Medali CSR a SSR UNESCO sebagai Karya Lukis Terbaik dari United Nations Organization / 1990 – Medali Emas sebagai Karya Lukis Terpilih dari Jepang dalam Pameran Lukisan Indonesia-Jepang di Tokyo, Jepang; Penghargaan 10 Besar Lukisan Terbaik Kompetisi Lukisan “Imajinasi Tentang Negaraku” di India / 1997 – Penghargaan seni lukis Nominasi The Philip Morris Art Awards Indonesia / 1999 – Penghargaan seni lukis Finalis Nokia Art Awards Indonesia; Penghargaan seni lukis Nominasi The Philip Morris Art Awards Indonesia, dll. http://sastra-indonesia.com/2021/01/ladang-jiwa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi