Wahyudin *
Jawa Pos, 18 Juni 2019
PADA Jumat sore, 8 Februari 2019, untuk kali kedua proses kurasi, saya bertandang ke studio Goenawan Mohamad (GM) di sebuah sudut gedung Komunitas Salihara. Sebagaimana sebelumnya, selepas melihat dan mendiskusikan karya-karya, baik yang sudah maupun yang belum rampung, yang diproyeksikannya untuk pameran tunggal di Galeri Semarang (15 Juni–14 Juli 2019), kami akan melanjutkan baku bicara tentang hal-hal apa saja yang terlintas saat itu dalam sepeminuman es kopi susu di Kedai Kopi Kecil Salihara.
Sore itu, ketika memesan es kopi susu, saya berkata kepada GM:
“Pak, kita perlu judul untuk pameran tunggal Anda di Galeri Semarang, ada ide?”
Tampak kurang yakin, GM menjawab, “Kata-Rupa …”
“Bagaimana kalau Don Quixote dan Hal-Hal yang Belum Sudah,” usul saya.
“Ya, itu saja!” sahut GM.
Jauh-jauh hari sebelum ke Jakarta, saya sudah menyiapkan sejumlah alasan pemilihan judul itu. Kenyataannya, alasan itu tak jadi terucapkan. Kami justru lebih asyik berbicara tentang Kota Lama Semarang sebagai tempat perjumpaan estetis yang tidak diperantarai nilai tukar, perdagangan, dan keuntungan. Apalagi, saat di Kedai Kopi Kecil sore itu, ikut pula mengobrol bersama kami arsitek yang penyair Avianti Armand.
Oleh karena itu, izinkan saya mengutarakan sejumlah alasan pemilihan judul Don Quixote dan Hal-Hal yang Belum Sudah di sini. Pertama, pengakuannya: “Don Quixote diciptakan Cervantes untuk diolok-olok. Kemudian sejumlah pengarang lain melihatnya berbeda: kita tercengang dan kita merasa tak mampu menghakimi dan mencemoohnya. Tokoh fiktif ini majenun karena imajinasi dan imajinasi tak bisa selesai. Saya ikut dibayanginya.”
Bisa dimengerti jika GM menjadi penyair, penulis, dan perupa Indonesia yang berdaya cipta meruah, terutama guna pengkajian dan penciptaan Don Quixote dalam sajak, esai, dan lukisan atau sketsa.
Sejak pertama kali menyebutnya dalam Catatan Pinggir berjudul “Che” (3 Mei 1980), kesatria bahlul itu menjelma semacam api inspirasi GM yang tak kunjung padam. Itu sebabnya, pembaca akan menjumpai lagi sosok khayali itu disebut atau direnungkannya dalam Catatan Pinggir berjudul “Bung Karno” (24 September 1988), “Zapatista” (29 Juli 2001), “Sancho” (22 September 2002), “Bermula dengan Menolak” (17 November 2002), “Gubernur” (15 Juli 2007), “Majenun” (29 Agustus 2010), “Don Quixote” (12 Juli 2015), “Fidel” (11 Desember 2016), dan “Aletheia” (18 November 2018).
Tak hanya dalam Catatan Pinggir, Don Quixote pun menuntunnya menggubah sajak. Di antara 2007–2010 GM menganggit 19 buah puisi di seputar riwayat petualangan Don Quixote. Pada 2011, 19 sajak itu dihimpun ke dalam satu buku berjudul Don Quixote yang diterbitkan Tempo dan PT Grafiti Pers, Jakarta. Dua tahun kemudian, pada 2013, Tempo menerbitkan kumpulan sajak itu dalam dwibahasa, Indonesia-Inggris.
Tak berhenti sampai di situ, pada 2016, GM kembali menggubah dua sajak berpokok soal Don Quixote dengan judul “Pertanyaan-Pertanyaan untuk Don Quixote” dan “Tamu”. Dua sajak tersebut dapat kita temukan dalam buku Fragmen (September 2016) terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Melengkapi pemikiran dan penghayatannya akan Don Quixote dalam esai dan sajak, GM membuat telaah atas karya Miguel de Cervantes itu sebagai “sebuah perkenalan”. Sebab, karya itu akan terbit dalam versi Indonesia, dalam buku kecil setebal 205 halaman berjudul Si Majenun dan Sayid Hamid terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2018.
Kedua, seperti tak cukup dengan Catatan Pinggir, kumpulan sajak, dan telaah itu, GM membikin lukisan, gambar, atau sketsa berpokok perupaan Don Quixote. Lebih dari sekadar bermanfaat sebagai sampul buku atau ilustrasi untuk kumpulan-kumpulan sajaknya, pokok perupaan Don Quixote, sebagaimana sudah saya singgung sebelumnya, bermakna penting dalam proses kreatif GM sebagai perupa.
Pokok perupaan itulah, terutama yang termuat dalam kumpulan sajak Don Quixote (2011), yang membikinnya “makin ‘gemar menggambar’” dan menggugahnya untuk pameran. Dengan kata lain, pokok perupaan itu adalah titik berangkat yang meyakinkannya untuk berdaya cipta di dunia seni rupa Indonesia.
Bisa dipahami jika pokok perupaan itu selalu mendapat perhatian saksama darinya sejak mula dia berkarya dan berpameran seni rupa pada 2016. Secara kuantitatif, pokok perupaan itulah yang paling banyak dibuat dan dibuat ulang olehnya, baik dengan media kertas maupun kanvas.
Dalam pameran tunggalnya kali ini di Galeri Semarang, GM membawa 33 karya berpokok perupaan Don Quixote. Perinciannya, gambar dan puisi bertarikh 2018 yang terjuktaposisi dengan media akrilik di kertas berukuran 70 x 51 sentimeter dan 96 x 51 sentimeter sebanyak 22 buah. Sketsa bertahun 2018 dengan media akrilik di kertas berukuran 50 x 45 sentimeter dan 42 x 50 sentimeter sebanyak 7 buah.
Satu di antaranya menggambarkan sosok Dulcinea, kekasih Don Quixote. Lukisan potret Don Quixote bertitimangsa 2018 dengan media akrilik di kanvas berukuran 100 x 100 sentimeter sebanyak 1 buah. Gambar dan teks puisi “Pertanyaan-Pertanyaan untuk Don Quixote” berwarsa 2017 dengan media pena dan tinta di kertas berukuran 37 x 29,5 sentimeter sebanyak 2 buah. Dan sepotong lukisan potret “Sancho” berukuran 100 x 100 sentimeter buatan tahun 2019.
Ketiga, berdasar penjelasan di atas, saya ingin menegaskan pokok perupaan Don Quixote, dengan pemahaman dan penghayatannya dalam telaah, Catatan Pinggir, dan sajak, sebagai hal-hal yang belum-sudah dalam proses kreatif GM. Terbukti, bertolak dari 22 buah gambar dan sajak Don Quixote, GM membuat pentas sastra Don Quixote, dengan penampil: Andra Karim, Carmen C. Fernandes, Landung Simatupang, Ninik L. Karim, Rebecca Kezia, Sri Hanuraga, dan Syam Maarif, selama dua hari, 23-24 Oktober 2018, di Teater Salihara. Setelah itu, konon, GM tengah merancang pertunjukan Wayang Golek Don Quixote.
Selain Don Quixote dan cerita-peristiwa di seputar riwayatnya, pokok perupaan potret, antara lain potret pelukis Meksiko Frida Kahlo dan komposer Tony Prabowo, merupakan pemahaman dan penghayatan yang terbilang belum-sudah dalam proses kreatif Goenawan Mohamad sepanjang empat tahun belakangan. Apa-apa yang belum-sudah itu adalah ikhtiar kreatifnya menolak repetisi.
“Tak ada repetisi, yang ada adalah ‘beda’ yang tertangkap dalam repetisi,” kata Goenawan Mohamad.
“Saya tak bisa menirukan Affandi yang berulang melukis potret diri atau Popo Iskandar dengan kucing. Saya tak bisa mengulang. Tiap kanvas membuka kemungkinan berbeda. Saya selamanya melawan pola. Saya memilih eklektik,” tandas mantan pemimpin redaksi Tempo kelahiran Batang, Jawa Tengah, 1941, itu.
_________________
*) Wahyudin, kurator seni rupa, tinggal di Jogjakarta.
https://www.jawapos.com/art-space/18/06/2019/goenawan-mohamad-merupakan-don-quixote/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A. Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Kirno Tanda
A.C. Andre Tanama
A.D. Pirous
A.S. Laksana
Abdillah M Marzuqi
Abdul Ajis
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abu Nisrina
Adhi Pandoyo
Adib Muttaqin Asfar
Adreas Anggit W.
Afnan Malay
Agama Para Bajingan
Agung Kurniawan
Agung WHS
Agus B. Harianto
Agus Dermawan T
Agus Hernawan
Agus Mulyadi
Agus R. Subagyo
Agus Sigit
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Aguslia Hidayah
AH J Khuzaini
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Alim Bakhtiar
Alur Alun Tanjidor
Amang Rahman Jubair
Amien Kamil
Amri Yahya
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
Andong Buku
Andong Buku #3
Andong Buku 3
Andry Deblenk
Anindita S Thayf
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Adrian
Anton Kurnia
Anwar Holid
Ardhabilly
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arti Bumi Intaran
Ary B Prass
Aryo Wisanggeni G
AS Sumbawi
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Ayu Sulistyowati
Bambang Bujono
Bambang Soebendo
Bambang Thelo
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Basoeki Abdullah
Basuki Ratna K
BE Satrio
Beni Setia
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Brunel University London
Buku Kritik Sastra
Bustan Basir Maras
Candrakirana KOSTELA
Catatan
Cover Buku
Dahlan Kong
Daniel Paranamesa
Dari Lisan ke Lisan
Darju Prasetya
Debat Panjang Polemik Sains di Facebook
Dedy Sufriadi
Dedykalee
Denny JA
Desy Susilawati
Di Balik Semak Pitutur Jawa
Dian Sukarno
Dian Yuliastuti
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dipo Handoko
Disbudpar
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddi Ahmad Fauji
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwin Gideon
Edo Adityo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Esai
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Faidil Akbar
Faizalbnu
Fatah Yasin Noor
Festival Teater Religi
Forum Lingkar Pena Lamongan
Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L)
Forum Santri Nasional
Franz Kafka
Galeri Sonobudoyo
Gatot Widodo
Goenawan Mohamad
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Hans Pols
Hardjito
Haris Saputra
Harjiman
Harryadjie BS
Hendra Sofyan
Hendri Yetus Siswono
Hendro Wiyanto
Heri Kris
Herman Syahara
Heru Emka
Heru Kuntoyo
htanzil
I Wayan Seriyoga Parta
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indigo Art Space
Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta
Intan Ungaling Dian
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Jajang R Kawentar
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jonathan Ziberg
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jual Buku Paket Hemat 23
Jumartono
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Karikatur Hitam-Putih
Karikatur Pensil Warna
Kartika Foundation
Kemah Budaya Pantura (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto
Koktail
Komik
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Koskow
Koskow (FX. Widyatmoko)
KOSTELA
Kris Monika E
Kyai Sahal Mahfudz
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Shitaresmi
Leo Tolstoy
Literasa Donuts
Lords of the Bow
Luhung Sapto
Lukas Luwarso
Lukisan
M Anta Kusuma
M. Ilham S
M. Yoesoef
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoenomo
Mas Dibyo
Mashuri
Massayu
Masuki M Astro
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Moch. Faisol
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moses Misdy
Muhajir
Muhammad Antakusuma
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Yasir
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musdalifah Fachri
Ndix Endik
Nelson Alwi
Nietzsche
Noor H. Dee
Novel Pekik
Nung Bonham
Nurel Javissyarqi
Nurul Hadi Koclok
Nuryana Asmaudi SA
Obrolan
Octavio Paz
Oil on Canvas
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
Pameran Lukisan
Pasar Seni Indonesia
Pasar Seni Lukis Indonesia
PC. Lesbumi NU Babat
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Harjiman
Pelukis Saron
Pelukis Sugeng Ariyadi
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Penerbit PUstaka puJAngga
Penerbit SastraSewu
Pesta Malang Sejuta Buku 2014
Proses kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
R Ridwan Hasan Saputra
Rabdul Rohim
Rahasia Literasi
Rakai Lukman
Rambuana
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Riki Antoni
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rudi Isbandi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rumoh Projects
S. Yadi K
Sabrank Suparno
Saham Sugiono
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sapto Hoedojo
Sastra
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra ke #24
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Rupa
Septi Sutrisna
Seraphina
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sketsa
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Srihadi Soedarsono
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sunu Wasono
Susiyo Guntur
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno SZ
Syifa Amori
Tammalele
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
TANETE
Tarmuzie
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan Pinang
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Toto Nugroho
Tri Andhi S
Tri Moeljo
Triyono
Tu-ngang Iskandar
Tulus Rahadi
Tulus S
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Vincent van Gogh
Vini Mariyane Rosya
W.S. Rendra
Wachid Duhri Syamroni
Wahyudin
Warung Boenga Ketjil
Wasito
Wawancara
Wayan Sunarta
William Bradley Horton
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yunisa
Zawawi Se
Zulfian Hariyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar