Sabtu, 06 Juni 2020

Goenawan Mohamad Merupakan Don Quixote

Wahyudin *
Jawa Pos, 18 Juni 2019

PADA Jumat sore, 8 Februari 2019, untuk kali kedua proses kurasi, saya bertandang ke studio Goenawan Mohamad (GM) di sebuah sudut gedung Komunitas Salihara. Sebagaimana sebelumnya, selepas melihat dan mendiskusikan karya-karya, baik yang sudah maupun yang belum rampung, yang diproyeksikannya untuk pameran tunggal di Galeri Semarang (15 Juni–14 Juli 2019), kami akan melanjutkan baku bicara tentang hal-hal apa saja yang terlintas saat itu dalam sepeminuman es kopi susu di Kedai Kopi Kecil Salihara.

Sore itu, ketika memesan es kopi susu, saya berkata kepada GM:

“Pak, kita perlu judul untuk pameran tunggal Anda di Galeri Semarang, ada ide?”

Tampak kurang yakin, GM menjawab, “Kata-Rupa …”

“Bagaimana kalau Don Quixote dan Hal-Hal yang Belum Sudah,” usul saya.

“Ya, itu saja!” sahut GM.

Jauh-jauh hari sebelum ke Jakarta, saya sudah menyiapkan sejumlah alasan pemilihan judul itu. Kenyataannya, alasan itu tak jadi terucapkan. Kami justru lebih asyik berbicara tentang Kota Lama Semarang sebagai tempat perjumpaan estetis yang tidak diperantarai nilai tukar, perdagangan, dan keuntungan. Apalagi, saat di Kedai Kopi Kecil sore itu, ikut pula mengobrol bersama kami arsitek yang penyair Avianti Armand.

Oleh karena itu, izinkan saya mengutarakan sejumlah alasan pemilihan judul Don Quixote dan Hal-Hal yang Belum Sudah di sini. Pertama, pengakuannya: “Don Quixote diciptakan Cervantes untuk diolok-olok. Kemudian sejumlah pengarang lain melihatnya berbeda: kita tercengang dan kita merasa tak mampu menghakimi dan mencemoohnya. Tokoh fiktif ini majenun karena imajinasi dan imajinasi tak bisa selesai. Saya ikut dibayanginya.”

Bisa dimengerti jika GM menjadi penyair, penulis, dan perupa Indonesia yang berdaya cipta meruah, terutama guna pengkajian dan penciptaan Don Quixote dalam sajak, esai, dan lukisan atau sketsa.

Sejak pertama kali menyebutnya dalam Catatan Pinggir berjudul “Che” (3 Mei 1980), kesatria bahlul itu menjelma semacam api inspirasi GM yang tak kunjung padam. Itu sebabnya, pembaca akan menjumpai lagi sosok khayali itu disebut atau direnungkannya dalam Catatan Pinggir berjudul “Bung Karno” (24 September 1988), “Zapatista” (29 Juli 2001), “Sancho” (22 September 2002), “Bermula dengan Menolak” (17 November 2002), “Gubernur” (15 Juli 2007), “Majenun” (29 Agustus 2010), “Don Quixote” (12 Juli 2015), “Fidel” (11 Desember 2016), dan “Aletheia” (18 November 2018).

Tak hanya dalam Catatan Pinggir, Don Quixote pun menuntunnya menggubah sajak. Di antara 2007–2010 GM menganggit 19 buah puisi di seputar riwayat petualangan Don Quixote. Pada 2011, 19 sajak itu dihimpun ke dalam satu buku berjudul Don Quixote yang diterbitkan Tempo dan PT Grafiti Pers, Jakarta. Dua tahun kemudian, pada 2013, Tempo menerbitkan kumpulan sajak itu dalam dwibahasa, Indonesia-Inggris.

Tak berhenti sampai di situ, pada 2016, GM kembali menggubah dua sajak berpokok soal Don Quixote dengan judul “Pertanyaan-Pertanyaan untuk Don Quixote” dan “Tamu”. Dua sajak tersebut dapat kita temukan dalam buku Fragmen (September 2016) terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Melengkapi pemikiran dan penghayatannya akan Don Quixote dalam esai dan sajak, GM membuat telaah atas karya Miguel de Cervantes itu sebagai “sebuah perkenalan”. Sebab, karya itu akan terbit dalam versi Indonesia, dalam buku kecil setebal 205 halaman berjudul Si Majenun dan Sayid Hamid terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2018.

Kedua, seperti tak cukup dengan Catatan Pinggir, kumpulan sajak, dan telaah itu, GM membikin lukisan, gambar, atau sketsa berpokok perupaan Don Quixote. Lebih dari sekadar bermanfaat sebagai sampul buku atau ilustrasi untuk kumpulan-kumpulan sajaknya, pokok perupaan Don Quixote, sebagaimana sudah saya singgung sebelumnya, bermakna penting dalam proses kreatif GM sebagai perupa.

Pokok perupaan itulah, terutama yang termuat dalam kumpulan sajak Don Quixote (2011), yang membikinnya “makin ‘gemar menggambar’” dan menggugahnya untuk pameran. Dengan kata lain, pokok perupaan itu adalah titik berangkat yang meyakinkannya untuk berdaya cipta di dunia seni rupa Indonesia.

Bisa dipahami jika pokok perupaan itu selalu mendapat perhatian saksama darinya sejak mula dia berkarya dan berpameran seni rupa pada 2016. Secara kuantitatif, pokok perupaan itulah yang paling banyak dibuat dan dibuat ulang olehnya, baik dengan media kertas maupun kanvas.

Dalam pameran tunggalnya kali ini di Galeri Semarang, GM membawa 33 karya berpokok perupaan Don Quixote. Perinciannya, gambar dan puisi bertarikh 2018 yang terjuktaposisi dengan media akrilik di kertas berukuran 70 x 51 sentimeter dan 96 x 51 sentimeter sebanyak 22 buah. Sketsa bertahun 2018 dengan media akrilik di kertas berukuran 50 x 45 sentimeter dan 42 x 50 sentimeter sebanyak 7 buah.

Satu di antaranya menggambarkan sosok Dulcinea, kekasih Don Quixote. Lukisan potret Don Quixote bertitimangsa 2018 dengan media akrilik di kanvas berukuran 100 x 100 sentimeter sebanyak 1 buah. Gambar dan teks puisi “Pertanyaan-Pertanyaan untuk Don Quixote” berwarsa 2017 dengan media pena dan tinta di kertas berukuran 37 x 29,5 sentimeter sebanyak 2 buah. Dan sepotong lukisan potret “Sancho” berukuran 100 x 100 sentimeter buatan tahun 2019.

Ketiga, berdasar penjelasan di atas, saya ingin menegaskan pokok perupaan Don Quixote, dengan pemahaman dan penghayatannya dalam telaah, Catatan Pinggir, dan sajak, sebagai hal-hal yang belum-sudah dalam proses kreatif GM. Terbukti, bertolak dari 22 buah gambar dan sajak Don Quixote, GM membuat pentas sastra Don Quixote, dengan penampil: Andra Karim, Carmen C. Fernandes, Landung Simatupang, Ninik L. Karim, Rebecca Kezia, Sri Hanuraga, dan Syam Maarif, selama dua hari, 23-24 Oktober 2018, di Teater Salihara. Setelah itu, konon, GM tengah merancang pertunjukan Wayang Golek Don Quixote.

Selain Don Quixote dan cerita-peristiwa di seputar riwayatnya, pokok perupaan potret, antara lain potret pelukis Meksiko Frida Kahlo dan komposer Tony Prabowo, merupakan pemahaman dan penghayatan yang terbilang belum-sudah dalam proses kreatif Goenawan Mohamad sepanjang empat tahun belakangan. Apa-apa yang belum-sudah itu adalah ikhtiar kreatifnya menolak repetisi.
“Tak ada repetisi, yang ada adalah ‘beda’ yang tertangkap dalam repetisi,” kata Goenawan Mohamad.

“Saya tak bisa menirukan Affandi yang berulang melukis potret diri atau Popo Iskandar dengan kucing. Saya tak bisa mengulang. Tiap kanvas membuka kemungkinan berbeda. Saya selamanya melawan pola. Saya memilih eklektik,” tandas mantan pemimpin redaksi Tempo kelahiran Batang, Jawa Tengah, 1941, itu.

_________________
*) Wahyudin, kurator seni rupa, tinggal di Jogjakarta.
https://www.jawapos.com/art-space/18/06/2019/goenawan-mohamad-merupakan-don-quixote/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi