Jumat, 22 September 2017

A.C. Andre Tanama, Seniman Grafis ISI Yogyakarta

Yunisa
penebar.com

Mulutnya memang monyong dan matanya buta, juga tak punya daun telinga. Jika dilihat kepalanya, ia identik dengan sosok wayang. Tapi ia bukan tokoh wayang, melainkan tokoh ciptaan pria bernama Albertus Charles Andre Tanama, yang diberi nama Wayang Monyong.

Andre tanama, pegrafis yang juga melukis dan membuat patung, telah menciptakan dua karakter khas untuk mengisi karya-karyanya. Selain Wayang monyong, pria kelahiran Yogyakarta 28 Maret 1982 ini juga menciptakan tokoh gadis kecil yang diberi nama Gwen Silent.

Kelahiran dua tokoh tersebut, sebenarnya dilandasi oleh Latar belakang kehidupan Andre, yang mana itu juga mendasari karya-karyanya yang lain. Dan untuk memahami dunia seni Andre, kiranya perlu juga ditengok latar belakang kehidupannya, baik sosial, psikologi, maupun kulturalnya.

Andre Tanama lahir dalam keluarga Ciwa (Cina dan Jawa). Ayahnya bernama Tan Kian Bie (Albert Ryanto) dan ibunya bernama Caecilia Ruwini. Ayahnya bekerja wiraswasta di bidang percetakan dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Andre merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Mereka sekeluarga tinggal di Sidomulyo, Tegalrejo, Yogyakarta.

Saat Andre kelas 2 SMP, kedua orangtuanya cerai. Rumah di Sidomulyo pun dijual dan hasilnya dibagi dua. Lalu Ayah menikah lagi dan sang ibu menjadi single parent yang survive, menghidupi, menyekolahkan dan mendidik keempat anaknya dengan keahliannya menjadi tukang pijat refleksi.

Mereka berlima pun berkali-kali pindah rumah kontrakan: berpindah-pindah lantaran kondisi kontrakan dan lingkungan yang tidak sesuai harapan mereka, atau kontrakan yang tidak bisa diperpanjang lagi. Adapun kontrakan yang pernah mereka singgahi secara berurutan, yaitu: di kampung Bedeng-di Bumijo Lor-di Pringgokusuman-sampai  di gang Ontorejo, Wirobrajan.

Seringnya harus berpindah-pindah rumah kontrakan yang berkonsekuensi sosial-psikologis-ekonomis, ditambah dengan kebutuhan akan rasa aman untuk ibunya, dan juga untuk persiapan pembayaran kontrakan berikutnya, mengkondisikan Andre untuk memilih tema-tema yang dianggapnya dapat memberikan rasa aman.

Fase-fase awal pencarian untuk dunia seninya, Andre sering menggarap tema-tema keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan kisah-kisah penyaliban dan sengsara Yesus. Pada fase ini, Andre sedang mencari ikon atau metafor yang dapat menyalurkan trauma psikologis yang mendalam.

Setelah itu, ia baru menciptakan figur Wayang Monyong. Mulanya, saat semester 4 di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Andre disarankan oleh dosen untuk berani menggarap deformasi bentuk, menggambar naif, dan lain-lain. Andre pun mencoba saran tersebut di rumah, tapi saat itu ia tidak bisa menikmatinya. Lalu ia mencoba melakukan deformasi bentuk kepala manusia, dan itu dipengaruhi oleh kondisinya yang banyak problem dan kegelisahan.

Ketika di lingkungan kampus Andre berinteraksi dengan kakak-kakak angkatan. Saat itu ia melihat dan merasakan beberapa di antaranya yang terlalu banyak omong, berkoar-koar soal konsep-konsep yang tinggi, tapi ketika ditanya: Mana karyamu? Mereka diam saja, tidak punya karya dan tidak bisa membuktikan melalui karya nyata.

Dari situ  Andre punya pemikiran bahwa sebaiknya kita tidak perlu banyak omong, yang penting kenyataannya. Tidak perlu banyak omong, yang penting karyanya. Terus ia menciptakan sketsa figur dengan mulut tertutup corong seperti terberangus, yang mengisyaratkan bahwa lebih baik diam, dan kongkretkan-lah.

Kemudian nada-nada sumbang dari om dan tantenya, yang mana mereka tidak mendukung Andre kuliah di seni. Mereka selalu saja menganggap bahwa karya yang Andre hasilkan tidak mampu memberi penghidupan. Tapi karena ibunya support, maka Andre pun merasa tidak perlu mendengarkan nada-nada sumbang yang akan menjerumuskan atau membuatnya down. Hingga ia membuat figur dengan telinga tertutup.

Dan sejak perceraian orang tua, Andre mulai memberontak, dalam arti bahwa ia tidak percaya dengan apa yang tampak fisik dari luar. Akhirnya ia mencoba membuat figur dengan indera mata yang tertutup/seolah-olah seperti buta. Mengisyaratkan bahwa apa yang kita lihat tidaklah selamanya seperti apa yang kita kira, maka perlu menelusurinya lebih dulu. Hal itu pula yang mendorong Andre untuk merajah tubuhnya penuh dengan tatto secara bertahap, sejak di bangku kelas 1 SMU sampai kelas 3 SMA.

Mulai tahun 2007, Andre mengembangkan karakternya dengan menciptakan tokoh anak perempuan kecil (umur 4-5 tahun). Sebenarnya hal ini terinspirasi dari keinginannya (saat istrinya hamil) untuk memiliki anak perempuan. Pada tanggal 11 April 2007, lahirlah anak pertama Andre yang ternyata memang sesuai dengan keinginannya yakni berjenis kelamin perempuan. Sang buah hati diberi nama Gwen Sai Ilen Tanama.

Dari nama anak perempuannya itu, Andre terinspirasi untuk memberikan nama pada tokoh anak perempuan ciptaannya yaitu Gwen Silent. Gwent Silent memiliki karakter yang amat khas yaitu digambarkan tidak memiliki mulut dan mata yang hampir selalu tertutup dalam setiap karya.

Karakter visual tanpa mulut pada  Gwen Silent terasa pas karena silent berarti sunyi. Dan ketika akhirnya Andre mengeksplorasi tema lingkungan, ciri visual ini menguatkan karakter Gwen Silent yang merupakan penggambaran dari planet bumi yang seakan hanya bisa diam menerima semua perlakuan manusia.

Tentang ketertarikan Andre pada aktivitas gambar-menggambar,sudah dimulai sejak ia masih sekolah di SD Tarakanita, Bumijo Yogyakarta. Ia membuat komik pada kertas-kertas bekas dengan subjek fable kelinci. Dan ia banyak belajar dari komik Tiger Wong dan Tapak Sakti karya komikus asal Hongkong, Tony Wong.

Sementara itu, prestasi Andre dalam seni sudah dimulai sejak ia SMP (di SMP Negeri 5 Yogyakarta) . Ketika SMP,  Andre menjadi salah satu pelukis terpilih yang mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Pameran dan Lomba Lukis Kerjasama Pemda D.I. Yogyakarta dan Kyoto, Jepang (1995). Setelah tamat SMA Negeri 6 Yogyakarta, tahun 2000, Andre mulai belajar seni rupa secara formal di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, mengambil Jurusan Seni Murni ,dengan minat utama pada Seni Grafis.

Di bangku kuliah, Andre mulai aktif mengikuti berbagai pameran dan kompetisi seni grafis. Penghargaan yang pernah diraih antara lain: Penghargaan Karya Seni Grafis terbaik selama 3 periode (2002, 2003, 2005), Juara 1 Trienal Seni Grafis Indonesia II (2006), dan Penghargaan Academic Art Award kategori Emerging Artist Seni Grafis dari Jogja Gallery dan ISI Yogyakarta (2007).

Tahun 2005, Andre berhasil menyelesaikan studinya di ISI dengan predikat cumlaude. Kemudian pada 2006 ia diterima menjadi staff pengajar (dosen) muda di Almamaternya. Dan sebelum jadi dosen, ia telah bekerja sebagai guru lukis di beberapa TK sekaligus kerja di Calista Digital Photo Studio sebagai desainer grafis divisi cetak. (Yunisa)

Sumber: A.C. Andre Tanama, Touch of Heaven: The Journey Begins. Yogyakarta: Srisasanti Gallery, Agustus 2009.
http://www.penebar.com/2012/02/ac-andre-tanama-seniman-grafis-isi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A. Anzieb A. Khoirul Anam A. Kirno Tanda A.C. Andre Tanama A.D. Pirous A.S. Laksana Abdillah M Marzuqi Abdul Ajis Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abu Nisrina Adhi Pandoyo Adib Muttaqin Asfar Adreas Anggit W. Afnan Malay Agama Para Bajingan Agung Kurniawan Agung WHS Agus B. Harianto Agus Dermawan T Agus Hernawan Agus Mulyadi Agus R. Subagyo Agus Sigit Agus Sulton Agus Sunyoto Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Alim Bakhtiar Alur Alun Tanjidor Amang Rahman Jubair Amien Kamil Amri Yahya Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo Andong Buku Andong Buku #3 Andong Buku 3 Andry Deblenk Anindita S Thayf Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Adrian Anton Kurnia Anwar Holid Ardhabilly Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arti Bumi Intaran Ary B Prass Aryo Wisanggeni G AS Sumbawi Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Ayu Sulistyowati Bambang Bujono Bambang Soebendo Bambang Thelo Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Basoeki Abdullah Basuki Ratna K BE Satrio Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Brunel University London Buku Kritik Sastra Bustan Basir Maras Candrakirana KOSTELA Catatan Cover Buku Dahlan Kong Daniel Paranamesa Dari Lisan ke Lisan Darju Prasetya Debat Panjang Polemik Sains di Facebook Dedy Sufriadi Dedykalee Denny JA Desy Susilawati Di Balik Semak Pitutur Jawa Dian Sukarno Dian Yuliastuti Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dipo Handoko Disbudpar Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddi Ahmad Fauji Donny Anggoro Donny Darmawan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwin Gideon Edo Adityo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Esai Evan Ys F. Budi Hardiman Faidil Akbar Faizalbnu Fatah Yasin Noor Festival Teater Religi Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Franz Kafka Galeri Sonobudoyo Gatot Widodo Goenawan Mohamad Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Hans Pols Hardjito Haris Saputra Harjiman Harryadjie BS Hendra Sofyan Hendri Yetus Siswono Hendro Wiyanto Heri Kris Herman Syahara Heru Emka Heru Kuntoyo htanzil I Wayan Seriyoga Parta Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indigo Art Space Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Intan Ungaling Dian Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Jajang R Kawentar Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jiero Cafe Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jonathan Ziberg Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jual Buku Paket Hemat 23 Jumartono K.H. Ma'ruf Amin Kabar Kadjie MM Kalis Mardiasih Karikatur Hitam-Putih Karikatur Pensil Warna Kartika Foundation Kemah Budaya Pantura (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Koktail Komik Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Koskow Koskow (FX. Widyatmoko) KOSTELA Kris Monika E Kyai Sahal Mahfudz L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Shitaresmi Leo Tolstoy Literasa Donuts Lords of the Bow Luhung Sapto Lukas Luwarso Lukisan M Anta Kusuma M. Ilham S M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoenomo Mas Dibyo Mashuri Massayu Masuki M Astro Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Moch. Faisol Moh. Jauhar al-Hakimi Moses Misdy Muhajir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musdalifah Fachri Ndix Endik Nelson Alwi Nietzsche Noor H. Dee Novel Pekik Nung Bonham Nurel Javissyarqi Nurul Hadi Koclok Nuryana Asmaudi SA Obrolan Octavio Paz Oil on Canvas Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur Pameran Lukisan Pasar Seni Indonesia Pasar Seni Lukis Indonesia PC. Lesbumi NU Babat Pekan Literasi Lamongan Pelukis Pelukis Dahlan Kong Pelukis Harjiman Pelukis Saron Pelukis Sugeng Ariyadi Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Penerbit PUstaka puJAngga Penerbit SastraSewu Pesta Malang Sejuta Buku 2014 Proses kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga R Ridwan Hasan Saputra Rabdul Rohim Rahasia Literasi Rakai Lukman Rambuana Raudlotul Immaroh Redland Movie Remy Sylado Rengga AP Resensi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Riki Antoni Robin Al Kautsar Rodli TL Rudi Isbandi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumoh Projects S. Yadi K Sabrank Suparno Saham Sugiono Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sapto Hoedojo Sastra Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra ke #24 Senarai Pemikiran Sutejo Seni Rupa Septi Sutrisna Seraphina Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sketsa Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Srihadi Soedarsono Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sugeng Ariyadi Suharwedy Sunu Wasono Susiyo Guntur Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno SZ Syifa Amori Tammalele Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace TANETE Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Pinang Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Toto Nugroho Tri Andhi S Tri Moeljo Triyono Tu-ngang Iskandar Tulus Rahadi Tulus S Universitas Indonesia Universitas Jember Vincent van Gogh Vini Mariyane Rosya W.S. Rendra Wachid Duhri Syamroni Wahyudin Warung Boenga Ketjil Wasito Wawancara Wayan Sunarta William Bradley Horton Yona Primadesi Yosep Arizal L Yunisa Zawawi Se Zulfian Hariyadi